BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres
tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi
juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang
penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Banyak orang yang tidak
menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila
kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat
mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres
melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di
dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan
nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya
Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di
persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam
kerja.Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan
oleh para ahli, salah satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King
(Khaerul Umam, 2010: 203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang
bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi
sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stress kerja
berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu
produktivitas kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.
Sesuatu
hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun baik,
seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman tentang stress dan akibatnya sangatlah penting
bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri. Setiap
orang mengalami sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya. Masalah
stress sering dihubungkan dengankehidupan
modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan sumber bermacam
gangguan stress. Para ahli telah banyak meneliti masalah stress,terutama yang bertalian dengan situasi dan
kondisi hidup.
Stres
dapat memberikan stimulus terhadap perkembang dan pertumbuhan, dan dalam
hal ini stress adalah hal positif dan diperlukan. Namun demikian, terlalu
banyak stress dapat menimbulkan gangguan-gangguan seperti, penyesuaian yang
buruk, penyakit fisik danketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap
masalah. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu
hubungan antara peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stress
dengan berbagaikelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin & Labban, 1992).
Claude
Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli fisiologi pertamayang mengenali
konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan dalamlingkungan internal dan
eksternal dapat mengganggu fungsi suatu organnismedan hal ini penting bagi
organisme untuk mengadaptasi stressor sehinggaorganisme tersebut dapat
bertahan. Walter Cannon, tahun 1920, menyelidikirespons fisiologis terhadap
rangsangan emosional dan penekanan fungsi adaptif dari reaksi ‘melawan atau
lari’ (fight or flight). Cannon jugamenunjukan bahwa respon ini adalah hasil
dari pengaruh emosional padatubuh dan bahwa respon selanjutnya adalah adaptif
dan fisiologis (Robinson,1990).[1]
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian stress?
2. Bagaimana
Koping atau Cara Mengatasinya?
3. Apa
Jenis-Jenis Stres dan Reaksi Stres?
4. Apa
Dampak Negatif Stress?
5. Apa
Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja?
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk
Memahami Pengertia Stres
2. Untuk
Memahami Koping atau Cara Mengatasinya
3. Untuk
Memahami Jenis Stres dan Reaksi Stres
4. Untuk
Memahami Dampak Negatif Stress
5. Untuk
Memahami Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja.
D. Batasan
Masalah
Agar pembuatan makalah
dapat dilakukan dengan fokus, sempurna, dan lebih jelas maka penulis membahas
tentang disiplin, oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan
manajemen Sumber Daya Manusia dalam Kedisiplinan. Pentingnya mengelola Sumber
Daya Manusia senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran
oreganisasi dimana dia berada didalamnya.
\
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stres
Sebelum membahas
pengertian stress, kita akan memahami tiga komponen stress, yaitu stressor,
prose(interaksi) dan respon stress. Stresol adalah situasi atau stimulus yang
mengancam kesejahteraan individu.Respons stress adalah reaksi yang
muncul,sedangkan proses stress merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari
datangnya stressor sampai munculnya respons stress. Melalui pendekatan respon
stress timbulnya stress, pengertian stress dihubungkan dengan adanya peristiwa
yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya akan menimbulkan
dampak negatif, misalnya pusing,tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit
berkonsentrasi, nafsu makan bertamah, sulit tidur, atau merokok terus.
Pendekatan kedua, definisi stress dihubungkan dari sisi stressor (sumber
stress). Stress dalam hal ini digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan
tekanan-tekanan dalam diri stress dalam pendekatan ini muncul jika tekanan yang
dihadapi melalui batas optimum. Pendekatan ketiga adalah pendekatan
interaksionis yang menitikberatkan definisi stressdengan adanya transaksi
antara tekanan dari luar dengan karakteristik individu,yang menentukan apakah
tekanan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Pendapat
lain,Clonninger (1996) mengemukakan stress adalah keadaan yang membuat tegang
yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum
mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang memgganggu seseorang
terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Ahli lain, Kendall dan Hammen (1998)
menyatakan stress dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan
antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk
bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut.situasi yang menuntut tersebut
dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ketika individu tidak dapat menyelesai8kan atau mengatasi stress dengan efektif
maka stress tersebut erpotensi untuk menyebabkn gangguan psikologislainnya
seperti post-traumatic stress disorder. Lain halnya dengan pendapat Kartono dan
Gulo (2000) yang mendefinisikan stress
sebagai berikut:
a. Suatu
stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis
organism.
b. Sejenis
frustasi,dengan aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah terganggu
atau dipersukar,tetapi tidak terhalang-halangi.Peristiwa ini biasanya disertai
oleh perasaan was-was khawatirdalam pencapaian tujuan.
c. Kekuatan
yang diterapkan pada suatu system tekanan-tekanan fisik atau psikologisyang
dikenakan pada tubuh dan pribadi.
Suatu
kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi
ketakutan dan kecemasan.
B. Koping
atau Cara Mengatasinya
Koping merupakan
cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk menghadapi situasi yang
menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian
diri,namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan
reaksi individu ketika menghadapi tekanan/stress. Ada berbagai macam
koping.Pendapat berbagai tokoh pun beragam.Ada yang menyebutkan istilah koping
hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang sifatnya positif.Namun ada juga
yang melihat koping sebagai istilah yang netral. Koping yang negatif menimbulkan
berbagai persoalan baru di kemudian hari,bahkan sangat mungkin memunculkan
berbagai gangguan pada diri individu yang bersangkutan.Sebaliknya koping yang
positif menjadikan individu semakin matang,dewasa dan bahagia dalam menjalani
kehidupannya.
Ada berbagai cara
untuk mengatasi stress. Kalau akibat stres telah mempengaruhi fisik,dan bahkan
menimbulkan penyakit tertentu,peranan obat/medikasi biasanya diperlukan.namun
obat itu sendiri kurang efektif untuk mengatasi stress dalam jangka panjang.Ada
efek negatif bila menggunakan obat terus menerus.Disamping obat-obat tertentu
membutuhkan biaya yang mahal,obat juga bias mengakibatkan ketergantungan dan
bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.Untuk mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat
dilakukan dengan cara:
1. Istirahat
dan Tidur
Istirahat
dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup
akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak
2. Olah
Raga atau Latihan Teratur
Olah
raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan
dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi,
lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.
3. Berhenti
Merokok
Berhenti
merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan
ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
4. Tidak
Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman
keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
5. Pengaturan
Berat Badan
Peningkatan
berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena
mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang
akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
6. Pengaturan
Waktu
Pengaturan
waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres.
Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan
fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan
waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu.
Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu
berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
7. Terapi
Psikofarmaka
Terapi
ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan
cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang
digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
8. Terapi
Somatik
Terapi
ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
9. Psikoterapi
Terapi
ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar
pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan
memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi
rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
10. Terapi
Psikoreligius
Terapi
ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis
mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial,
dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
11. Homeostatis
Merupakan
suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi
yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami
stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan
bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis
yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistemendokrin
dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh
manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat
melalui empat cara di antaranya:
a) Self
regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
sepertidalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b) Berkompensasi
yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c) Dengan
cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam
keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk
menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d) Cara
umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
Pencegahan
terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah sikap hidup.Orang yang terlibat
lebih aktif dengan pekerjaan dan kehidupan masyarakat,lebih berorientasi pada
tantangan dan perubahan ,dan merasa dapat menguasai kejadian-kejadian dalam
hidupnya adalah orang yang tidak akan mudah terkena efek negatif stress.[2]
C. Jenis-Jenis
Stres dan Reaksi Stres
Para ahli psikologi mendefinisikan stress dalam
berbagai bentuk. Definisi kontemporer menyebut stres dari lingkungan eksternal
sebagai stressor (misalnya masalah pekerjaan),respons terhadap stressor sebagai
stress atau distress (misalnya perasaan terhadap tekanan).Para penliti juga
membedakan antara stress yang merugikan dan merusak yang disebut distress,dan
stres yang positif dan menguntungkan diseut eustres.Selye
(Sarafino,1998) menyebutkan satu jenis stress yang sangat berbahaya dan
merugikan,disebut distress.Satu jenis stress lainnya yang justru bermanfaat
atau konstruksif disebut eustres. Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat
yang bermanfaat,tetapi jika stress berlangsung terus-menerus akibat yang
terjadi menjadi negatif,karena akan mengganggu kesehatan dan kehidupan pada
umumnya.
Menurut Helmi (2000) ada empat macam reaksi
stress,yaitu reaksi psikologis,fisiologis,proses berpikir,dan tingkah
laku.Keempat macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif,tetapi
juga dapat berwujud negatif.Reaksi yang bersifat negative,antara lain:
a.
Reaksi
psikologis,biasanya lebih dikaitkan pada aspek
emosi,seperti mudah marah,sedih,ataupun mudah tersinggung.
b.
Reaksi
fisiologis, biasanya mumcul dalam bentuk keluhan
fisik,seperti pusing,nyeri tengkuk,tekanan darah naik,nyeri lambung,gatal-gatal
di kulit,ataupun rambut rontok.
c.
Reaksi
proses berpikir (kognitif) ,biasanya dampak dalam
gejala sulit berkonsentrasi,mudah lupa,ataupun sulit mengambil keputusan
d.
Reaksi
perilaku,pada para remaja tampak dari
perilaku-perilaku menyimpang seperti mabuk,nge-pil,frekuensi merokok meningkat,ataupun
menghindar bertemu dengan temannya.
D. Dampak
Negatif Stress
Stress dapat menimbulkan dampak negatif agi individu.
Dampak tersebut bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan
gejala-gejala tertentu. Reaksi dari stress bagi individu dapat digolongkan
menjadi beberapa gejala (Rice, 1992), yaitu sebagai berikut:
a. Gejala
fisiologis , berupa keluhan seperti sakit
kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk,
tekanan darah tinggi dan lainnya.
b. Gejala
emosional , berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut
dan depresi.
c. Gejala
kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,
mnudah lupa, melamun secara berlebihan, dan pikiran kacau.
d. Gejala
interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif,
minder kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang
lain.
e. Gejala
organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah, menurutnya
produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja menurunnya
dorongan untuk berprestasi.
Kelima
dampak tersebut akan dialami oleh individu ketika dia mengalami stress.
Indibidu harus memahami gejala-gejala ini ketika mengalami stress. Pemahaman
terhadap gejala-gejala stress tersebut akan membuat individu mampu untuk
melakukan tindakan preventif sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari
stress melalui coping yang efektif.
Menurut
Jere Yates (Rice , 1992) memberikan beberapa nasihat umum untuk menghadapi
strews, yaitu berikut ini:
1. Mempertahanjan
kesehatan fisik melalui olahraga teratur. Semakin kuat fisik anda maka akan
semakin tangguh anda maka akan semakin tangguh dalam menghadapi stres.hal ini
karena stress ini menimbulkan erosi yang besar secara biologis dan mengganggu
keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh. Akibatnya tubuh semakin lemah dan
rentang terhadap penyakit,untuk itulah kekuatan fisik kita harus terjaga secara
baik sehingga mampu menghadapi tekanan stress yang membebani tubuh secara kokoh
2. Menerima
diri sendiri seperti apa adanya yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan
diri, kesuksessan dan kegagalan diri. Sikap penerimaan ini tidak saja meredam
rasa frustasi. Anda sehingga menghilangkan emosi-emosi negatif dalam diri anda,
tetapi juga akan menciptakan suasana hati yang lebih tenang dan damai dalam
diri anda.
3. Tetap
percaya diri, dan mempunyai teman untuk berbagi dalam kesusahan. Dengan
demikian, anda mempunyai tempat untuk mengutarakan kesulitan-kesulitan yang
anda hadapi karena setiap masalah yang membebani fikiran dan perasaan akan
banyak meredah jika diutarakan kepada oranglain. Hal ini dinamakan sebagai proses katarsis, sebuah proses pelepasan ketegangan yang terdapat dalam
pikiran dan perasaan kita. Semakin lama anda memendam permasalahan anda, maka
akan semakin berat beban yang akan anda rasakan. Berbagilah dengan oranglain,
bukan sekadar untuk melegakan pikiran dan perasaan, namun juga agar anda dapat
memperoleh saran-saran dari orang lain sehingga Anda sendiri dapat berpikir
dengan jernih dan mendalam.
4. Ambil
sisi positif dan gunakan pendekatan konstruktif dalam menghadapi masalah Anda.
Ini sama juga dengan Anda membiasakan diri untuk senantiasa menciptakan
pikiran-pikiran positif dalam diri Anda sehingga Anda mampu membangun sinergi
yang kokoh secara psikologis. Dengan senantiasa berpikir berpikir positif dan
Anda akan tidak mudah terjebak di dalam suasana emosi yang negatif.
5. Mempertahankan
kehidupan social di luar perusahaan tempat Anda bekerja. Kehidupan sosial
diluar rumah akan sangat berguna sebagai dukungan sosial dan sumber perhatian
untuk Anda. Memiliki sahabat akan sangat membantu Anda, dan memutuskan Anda
untuk berbagai rasa serta mendiskusikan masalah-masalah yang berat.
6. Terlibat
dalam aktivitas kreatif di luar pekerjaan akan memberikan kebermaknaan dalam
hidup Anda,serta memperkaya pengalaman Anda. Kegiatan kreatif ini bisa berupa
hobi positif yang Anda miliki,seperti berkebun,bercocok tanam,memelihara ikan
hias,membuat puisi,cerpen,atau membaca.
7. Terlibat
dan menciptakan kegiatan kerja yang penuh makna. Banyak cara yang sederhana
untuk meciptakan kegiatan kerja yang penuh makna antara lain dengan menajemen
waktu,manajemen waktu,menajemen stress,penyelesaian tugas tepat waktu,dan lain
sebagainya.
8. Menerapkan
metode-metode yang efektif untuk mengatasi stress. Metode-metode ini banyak
dijelaskan dalam buku ini di antaranya melalui pengendalian pikiran-pikiran
negatif,relaksasi atau melalui pendalaman spiritual religious.
E. Pengertian
Stres Kerja
Definisi stress kerja yang diungkapkan oleh para ahli
diantaranya: Smith (1981) mengemukakan bahwa konsep stres kerja dapat ditinjau
dari beberapa sudut, yaitu: pertama, stress
kerja merupakan hasil dari tempat kerja. Kedua,stress
kerja merupakan hasil dari dua factor organisasi, yaitu keterlibatan organisasi.ketiga,stress terjadi karena factor”workload” juga facto kemampuanr
melakukan tugas. Terakhir, tantangan yang muncul dari tugas.kesimpulan stress
kerja merupakan hasil yang disebabkan oleh factor-faktor diatas. Sedangkan
secara umum stres kerja adalah suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang
dirasakan menantang atau mengancam kesehatan individu, yang merupakan salah
satu dampak terlalu banyak bekerja.
F. Pendekatan
Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja
Dalam setiap
menghadapi stress kerja,individu diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi
atau mengelolanya. Dengan demikian,dapat mengurangi adanya
pemborosan,mengurangi absensi kerja,dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih
meningkat dalam organisasi. Untuk dapat mengatasi atau mengelola stress kerja
dengan cara efektif,individu diharapkan mempunyai program-program pengelolaan
stress kerja. Pernyataan ini seperti yang dikatakan oleh para ahli,bahwa dari
500 firma yang sangat besar mempunyai lebih dari 90% yang terdiri dari
program-program khusus untuk menolong para karyawan dalam mengatasi stress
kerja mereka (yang diungkapkan dalam Business
week,1988). Selanjutnya para peneliti juga menunjukan bahwa program-program
stress kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi
stress kerja mereka ( Rose & Veiga,1984). Ada beberapa cara yang digunakan
untuk mengelola stress dalam organisasi,yaitu:
1. Meningkatkan
komunikasi; Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran
adalah meningkatkan komunikasi yang efektif diantara menejer dan
karyawan,sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas
diantara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stress kerja
dalam organisasi.
2. System
penilaian dan ganjaran efektif; situasi semacam ini dapat mengurangi
ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran diberikan kepada
karyawan,karyawan telah menyadari bahwa ganjaran tersebut berhubungan dengan
prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia bertanggung jawab atas pekerjaan
yang diberikan padanya (mengurangi konflik peran),ia berada dalam sesuatu
keadaan (mengurangi ketidakjelasan tugas). Situasi ini terjadi bila hubungan
diantara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan system penilaian
prestasi kerja efektif.
3. Meningkatkan
partisipasi; untuk dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran,
pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan,
sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab
bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan
partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam
menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan karyawan dapat
meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya.
4. Memperkaya
tugas; setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kapada karyawan
agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tuga yang
dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik
terhadap produktivitas kerja karyawan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Situasi macam ini dapat meningkatian motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan
karyawan sehingga dapat mengurangi stress yang ada dalam diri mereka
5. Mengembangkan
keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan merupakan salahsatu cara untuk
mengelola stress kera didalam organisasi. Pengembangan keterampilan dapat
diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan
organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha
pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Clonninger
(1996) mengemukakan stress adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi
ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan
keluarnya atau banyak pikiran yang memgganggu seseorang terhadap sesuatu yang
akan dilakukannya. Kendall dan Hammen (1998) menyatakan stress dapat terjadi
pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut
dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan
tuntutan-tuntutan tersebut.situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai
beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
2. Cara
mengatasi stress; Istirahat dan Tidur, Olahraga atau Latihan teratur, Berhenti
merokok, tidak mengomsumsi minuman keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan
waktu, Terapi psikofarmaka, Terapi somatik, Psikoterapi, Terapi psikoreligius,
Homeostatis.
3. Selye
(Sarafino,1998) menyebutkan satu jenis stress yang sangat berbahaya dan
merugikan,disebut distress.Satu jenis stress lainnya yang justru bermanfaat
atau konstruksif disebut eustres. Sedangkan reaksi stress adalah; Reaksi psikologis, Reaksi fisiologis, Reaksi
proses berpikir (kognitif), Reaksi
perilaku.
4. Gejala
fisiologis, Gejala emosional, Gejala kognitif, Gejala interpersonal, Gejala
organisasional.
5. Stres
kerja adalah suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan
menantang atau mengancam kesehatan individu, yang merupakan salah satu dampak
terlalu banyak bekerja.
6. Ada
beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stress dalam organisasi,yaitu:
Meningkatkan komunikasi; Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi
ketidakjelasan peran adalah meningkatkan komunikasi yang efektif diantara
menejer dan karyawan,sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab
yang jelas diantara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya
stress kerja dalam organisasi.
B. Saran
Masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk lebih
memahami studi tentang Stress yang sampai sekarang dapat digunakan dan
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Safaria
Triantoro, Nofrans Eka Saputra, 2009. Manajemen
Emosi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wijono
Sutarto, 2010. Psikologi Industri
Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar