Rabu, 19 Desember 2018

makalah stress


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial  ekonominya saja  tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan  yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stress kerja berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu produktivitas kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.
Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun baik, seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman tentang stress dan akibatnya sangatlah penting bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri. Setiap orang mengalami sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya. Masalah stress sering dihubungkan dengankehidupan modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan sumber  bermacam gangguan stress. Para ahli telah banyak meneliti masalah stress,terutama yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup.
Stres dapat memberikan stimulus terhadap perkembang dan pertumbuhan, dan dalam hal ini stress adalah hal positif dan diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stress dapat menimbulkan gangguan-gangguan seperti, penyesuaian yang buruk, penyakit fisik danketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu hubungan antara peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stress dengan berbagaikelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin & Labban, 1992).
Claude Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli fisiologi pertamayang mengenali konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan dalamlingkungan internal dan eksternal dapat mengganggu fungsi suatu organnismedan hal ini penting bagi organisme untuk mengadaptasi stressor sehinggaorganisme tersebut dapat bertahan. Walter Cannon, tahun 1920, menyelidikirespons fisiologis terhadap rangsangan emosional dan penekanan fungsi adaptif dari reaksi ‘melawan atau lari’ (fight or flight). Cannon jugamenunjukan bahwa respon ini adalah hasil dari pengaruh emosional padatubuh dan bahwa respon selanjutnya adalah adaptif dan fisiologis (Robinson,1990).[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian stress?
2.      Bagaimana Koping atau Cara Mengatasinya?
3.      Apa Jenis-Jenis Stres dan Reaksi Stres?
4.      Apa Dampak Negatif Stress?
5.      Apa Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja?





C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk Memahami Pengertia Stres
2.      Untuk Memahami Koping atau Cara Mengatasinya
3.      Untuk Memahami Jenis Stres dan Reaksi Stres
4.      Untuk Memahami Dampak Negatif Stress
5.      Untuk Memahami Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja.

D.    Batasan Masalah
Agar pembuatan makalah dapat dilakukan dengan fokus, sempurna, dan lebih jelas maka penulis membahas tentang disiplin, oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan manajemen Sumber Daya Manusia dalam Kedisiplinan. Pentingnya mengelola Sumber Daya Manusia senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran oreganisasi dimana dia berada didalamnya.
















\





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Stres
Sebelum membahas pengertian stress, kita akan memahami tiga komponen stress, yaitu stressor, prose(interaksi) dan respon stress. Stresol adalah situasi atau stimulus yang mengancam kesejahteraan individu.Respons stress adalah reaksi yang muncul,sedangkan proses stress merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari datangnya stressor sampai munculnya respons stress. Melalui pendekatan respon stress timbulnya stress, pengertian stress dihubungkan dengan adanya peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya akan menimbulkan dampak negatif, misalnya pusing,tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan bertamah, sulit tidur, atau merokok terus. Pendekatan kedua, definisi stress dihubungkan dari sisi stressor (sumber stress). Stress dalam hal ini digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri stress dalam pendekatan ini muncul jika tekanan yang dihadapi melalui batas optimum. Pendekatan ketiga adalah pendekatan interaksionis yang menitikberatkan definisi stressdengan adanya transaksi antara tekanan dari luar dengan karakteristik individu,yang menentukan apakah tekanan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Pendapat lain,Clonninger (1996) mengemukakan stress adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang memgganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Ahli lain, Kendall dan Hammen (1998) menyatakan stress dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut.situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Ketika individu tidak dapat menyelesai8kan atau mengatasi stress dengan efektif maka stress tersebut erpotensi untuk menyebabkn gangguan psikologislainnya seperti post-traumatic stress disorder. Lain halnya dengan pendapat Kartono dan Gulo  (2000) yang mendefinisikan stress sebagai berikut:
a.       Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis organism.
b.      Sejenis frustasi,dengan aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah terganggu atau dipersukar,tetapi tidak terhalang-halangi.Peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was-was khawatirdalam pencapaian tujuan.
c.       Kekuatan yang diterapkan pada suatu system tekanan-tekanan fisik atau psikologisyang dikenakan pada tubuh dan pribadi.
Suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.

B.     Koping atau Cara Mengatasinya
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk menghadapi situasi yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian diri,namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan/stress. Ada berbagai macam koping.Pendapat berbagai tokoh pun beragam.Ada yang menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang sifatnya positif.Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah yang netral. Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian hari,bahkan sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang bersangkutan.Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin matang,dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Ada berbagai cara untuk mengatasi stress. Kalau akibat stres telah mempengaruhi fisik,dan bahkan menimbulkan penyakit tertentu,peranan obat/medikasi biasanya diperlukan.namun obat itu sendiri kurang efektif untuk mengatasi stress dalam jangka panjang.Ada efek negatif bila menggunakan obat terus menerus.Disamping obat-obat tertentu membutuhkan biaya yang mahal,obat juga bias mengakibatkan ketergantungan dan bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara:
1.      Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak
2.      Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
3.      Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
4.      Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
5.      Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.

6.      Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
7.      Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
8.      Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
9.      Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
10.  Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
11.  Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistemendokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya:
a)      Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat sepertidalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b)      Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c)      Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d)      Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
Pencegahan terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah sikap hidup.Orang yang terlibat lebih aktif dengan pekerjaan dan kehidupan masyarakat,lebih berorientasi pada tantangan dan perubahan ,dan merasa dapat menguasai kejadian-kejadian dalam hidupnya adalah orang yang tidak akan mudah terkena efek negatif stress.[2]

C.     Jenis-Jenis Stres dan Reaksi Stres
Para ahli psikologi mendefinisikan stress dalam berbagai bentuk. Definisi kontemporer menyebut stres dari lingkungan eksternal sebagai stressor (misalnya masalah pekerjaan),respons terhadap stressor sebagai stress atau distress (misalnya perasaan terhadap tekanan).Para penliti juga membedakan antara stress yang merugikan dan merusak yang disebut distress,dan stres yang positif dan menguntungkan diseut eustres.Selye (Sarafino,1998) menyebutkan satu jenis stress yang sangat berbahaya dan merugikan,disebut distress.Satu jenis stress lainnya yang justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustres. Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat yang bermanfaat,tetapi jika stress berlangsung terus-menerus akibat yang terjadi menjadi negatif,karena akan mengganggu kesehatan dan kehidupan pada umumnya.
Menurut Helmi (2000) ada empat macam reaksi stress,yaitu reaksi psikologis,fisiologis,proses berpikir,dan tingkah laku.Keempat macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif,tetapi juga dapat berwujud negatif.Reaksi yang bersifat negative,antara lain:
a.      Reaksi psikologis,biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi,seperti mudah marah,sedih,ataupun mudah tersinggung.
b.      Reaksi fisiologis, biasanya mumcul dalam bentuk keluhan fisik,seperti pusing,nyeri tengkuk,tekanan darah naik,nyeri lambung,gatal-gatal di kulit,ataupun rambut rontok.
c.       Reaksi proses berpikir (kognitif) ,biasanya dampak dalam gejala sulit berkonsentrasi,mudah lupa,ataupun sulit mengambil keputusan
d.      Reaksi perilaku,pada para remaja tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti mabuk,nge-pil,frekuensi merokok meningkat,ataupun menghindar bertemu dengan temannya.

D.    Dampak Negatif Stress
Stress dapat menimbulkan dampak negatif agi individu. Dampak tersebut bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Reaksi dari stress bagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa gejala (Rice, 1992), yaitu sebagai berikut:
a.       Gejala fisiologis , berupa keluhan seperti sakit  kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi dan lainnya.
b.      Gejala emosional , berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut dan depresi.
c.       Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mnudah lupa, melamun secara berlebihan, dan pikiran kacau.
d.      Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang lain.
e.       Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah, menurutnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja menurunnya dorongan untuk berprestasi.
Kelima dampak tersebut akan dialami oleh individu ketika dia mengalami stress. Indibidu harus memahami gejala-gejala ini ketika mengalami stress. Pemahaman terhadap gejala-gejala stress tersebut akan membuat individu mampu untuk melakukan tindakan preventif sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari stress melalui coping yang efektif.
Menurut Jere Yates (Rice , 1992) memberikan beberapa nasihat umum untuk menghadapi strews, yaitu berikut ini:
1.      Mempertahanjan kesehatan fisik melalui olahraga teratur. Semakin kuat fisik anda maka akan semakin tangguh anda maka akan semakin tangguh dalam menghadapi stres.hal ini karena stress ini menimbulkan erosi yang besar secara biologis dan mengganggu keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh. Akibatnya tubuh semakin lemah dan rentang terhadap penyakit,untuk itulah kekuatan fisik kita harus terjaga secara baik sehingga mampu menghadapi tekanan stress yang membebani tubuh secara kokoh
2.      Menerima diri sendiri seperti apa adanya yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan diri, kesuksessan dan kegagalan diri. Sikap penerimaan ini tidak saja meredam rasa frustasi. Anda sehingga menghilangkan emosi-emosi negatif dalam diri anda, tetapi juga akan menciptakan suasana hati yang lebih tenang dan damai dalam diri anda.
3.      Tetap percaya diri, dan mempunyai teman untuk berbagi dalam kesusahan. Dengan demikian, anda mempunyai tempat untuk mengutarakan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi karena setiap masalah yang membebani fikiran dan perasaan akan banyak meredah jika diutarakan kepada oranglain. Hal ini  dinamakan sebagai proses katarsis, sebuah proses pelepasan ketegangan yang terdapat dalam pikiran dan perasaan kita. Semakin lama anda memendam permasalahan anda, maka akan semakin berat beban yang akan anda rasakan. Berbagilah dengan oranglain, bukan sekadar untuk melegakan pikiran dan perasaan, namun juga agar anda dapat memperoleh saran-saran dari orang lain sehingga Anda sendiri dapat berpikir dengan jernih dan mendalam.
4.      Ambil sisi positif dan gunakan pendekatan konstruktif dalam menghadapi masalah Anda. Ini sama juga dengan Anda membiasakan diri untuk senantiasa menciptakan pikiran-pikiran positif dalam diri Anda sehingga Anda mampu membangun sinergi yang kokoh secara psikologis. Dengan senantiasa berpikir berpikir positif dan Anda akan tidak mudah terjebak di dalam suasana emosi yang negatif.
5.      Mempertahankan kehidupan social di luar perusahaan tempat Anda bekerja. Kehidupan sosial diluar rumah akan sangat berguna sebagai dukungan sosial dan sumber perhatian untuk Anda. Memiliki sahabat akan sangat membantu Anda, dan memutuskan Anda untuk berbagai rasa serta mendiskusikan masalah-masalah yang berat.
6.      Terlibat dalam aktivitas kreatif di luar pekerjaan akan memberikan kebermaknaan dalam hidup Anda,serta memperkaya pengalaman Anda. Kegiatan kreatif ini bisa berupa hobi positif yang Anda miliki,seperti berkebun,bercocok tanam,memelihara ikan hias,membuat puisi,cerpen,atau membaca.
7.      Terlibat dan menciptakan kegiatan kerja yang penuh makna. Banyak cara yang sederhana untuk meciptakan kegiatan kerja yang penuh makna antara lain dengan menajemen waktu,manajemen waktu,menajemen stress,penyelesaian tugas tepat waktu,dan lain sebagainya.
8.      Menerapkan metode-metode yang efektif untuk mengatasi stress. Metode-metode ini banyak dijelaskan dalam buku ini di antaranya melalui pengendalian pikiran-pikiran negatif,relaksasi atau melalui pendalaman spiritual religious.

E.     Pengertian Stres Kerja
Definisi stress kerja yang diungkapkan oleh para ahli diantaranya: Smith (1981) mengemukakan bahwa konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: pertama, stress kerja merupakan hasil dari tempat kerja. Kedua,stress kerja merupakan hasil dari dua factor organisasi, yaitu keterlibatan organisasi.ketiga,stress terjadi karena factor”workload” juga facto kemampuanr melakukan tugas. Terakhir, tantangan yang muncul dari tugas.kesimpulan stress kerja merupakan hasil yang disebabkan oleh factor-faktor diatas. Sedangkan secara umum stres kerja adalah suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan individu, yang merupakan salah satu dampak terlalu banyak bekerja.



F.      Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stress Kerja
Dalam setiap menghadapi stress kerja,individu diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian,dapat mengurangi adanya pemborosan,mengurangi absensi kerja,dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi. Untuk dapat mengatasi atau mengelola stress kerja dengan cara efektif,individu diharapkan mempunyai program-program pengelolaan stress kerja. Pernyataan ini seperti yang dikatakan oleh para ahli,bahwa dari 500 firma yang sangat besar mempunyai lebih dari 90% yang terdiri dari program-program khusus untuk menolong para karyawan dalam mengatasi stress kerja mereka (yang diungkapkan dalam Business week,1988). Selanjutnya para peneliti juga menunjukan bahwa program-program stress kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stress kerja mereka ( Rose & Veiga,1984). Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stress dalam organisasi,yaitu:
1.      Meningkatkan komunikasi; Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran adalah meningkatkan komunikasi yang efektif diantara menejer dan karyawan,sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas diantara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stress kerja dalam organisasi.
2.      System penilaian dan ganjaran efektif; situasi semacam ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran diberikan kepada karyawan,karyawan telah menyadari bahwa ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan padanya (mengurangi konflik peran),ia berada dalam sesuatu keadaan (mengurangi ketidakjelasan tugas). Situasi ini terjadi bila hubungan diantara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan system penilaian prestasi kerja efektif.
3.      Meningkatkan partisipasi; untuk dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran, pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya.
4.      Memperkaya tugas; setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kapada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tuga yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi macam ini dapat meningkatian motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stress yang ada dalam diri mereka
5.      Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan merupakan salahsatu cara untuk mengelola stress kera didalam organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Clonninger (1996) mengemukakan stress adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang memgganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya. Kendall dan Hammen (1998) menyatakan stress dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan tersebut.situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
2.      Cara mengatasi stress; Istirahat dan Tidur, Olahraga atau Latihan teratur, Berhenti merokok, tidak mengomsumsi minuman keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan waktu, Terapi psikofarmaka, Terapi somatik, Psikoterapi, Terapi psikoreligius, Homeostatis.
3.      Selye (Sarafino,1998) menyebutkan satu jenis stress yang sangat berbahaya dan merugikan,disebut distress.Satu jenis stress lainnya yang justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustres. Sedangkan reaksi stress adalah; Reaksi psikologis, Reaksi fisiologis, Reaksi proses berpikir (kognitif), Reaksi perilaku.
4.      Gejala fisiologis, Gejala emosional, Gejala kognitif, Gejala interpersonal, Gejala organisasional.
5.      Stres kerja adalah suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan individu, yang merupakan salah satu dampak terlalu banyak bekerja.
6.      Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stress dalam organisasi,yaitu: Meningkatkan komunikasi; Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran adalah meningkatkan komunikasi yang efektif diantara menejer dan karyawan,sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas diantara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stress kerja dalam organisasi.
B.     Saran
Masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk lebih memahami studi tentang Stress yang sampai sekarang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

























DAFTAR PUSTAKA

Safaria Triantoro, Nofrans Eka Saputra, 2009. Manajemen Emosi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wijono Sutarto, 2010. Psikologi Industri Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.



[1] http://cahayarochmat.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-stres.html
[2] http://cahayarochmat.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-stres.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar