BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum munculnya sistem ekonomi sosialisme, dunia barat telah mapan
menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Banyak bermunculan tokoh pemikir ekonomi
kapitalis, seperti Robert Malthus, David Ricardo, J.B. Say, dan J.S. Mill. Mereka
tergabung kedalam mahzab klasik yang dimotori oleh Adam Smith. Pemikiran mereka
lebih berorientasi kepada sistem ekonomi pasar, atau liberal, atau kapitalis.
Kaum
borjuis berada pada puncak perekonomian, kepemilikan akan modal yang besar
membuat mereka bertindak semaunya. Hal ini mendapat tentangan dari kaum
proletar (buruh), yang hidupnya semakin tertindas. William Blake (1775-1827)
menggambarkan bahwa kapitalisme telah merusak keadaan Inggris yang semula
damai, kemudian membawa masyarakat ke arah hidup penuh persaingan dan
perkelahian .
Berangkat
dari kenyataan dimana kapitalisme tidak membawa keadilan bagi masyarakat dan
hanya menguntungkan segelintir orang (kaum borjuis), maka muncullah para
pemikir-pemikir ekonomi baru yang lebih berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat berdasar azas keadilan dalam perekonomian. Ajaran-ajaran mereka
lebih dikenal dengan sosialisme.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu
Sosialisme
dan Komunisme?
2. Bagaimana dengan
Konsep Sosialisme Utopis?
3. Bagaimana pula
Konsep Sosialisme Komunitas Bersama?
C.
Tujuan Penulisan
- Memahami tentang Definisi Sosialisme.
- Mengenal tentang Konsep Sosialisme Utopis
- Mendeskripsikan tentang Konsep Sosialisme Komunitas Bersama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosialisme dan Komunisme
Istilah
sosialisme dapat merepresentasikan banyak arti. Selain sistem ekonomi, juga
menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan.
Menurut J.S. Mill, secara sempit sosialisme ialah kegiatan menolong orang-orang
yang tak beruntung dan tertindas.
Secara
etimologis, sosialisme berasal dari bahasa Latin “SOCIUS” yang berarti sahabat
atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi
serta kekayaan oleh kelompok.[1]Sosialisme
juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan di dunia ini milik
bersama, dan pemilikan secara bersama lebih baik daripada pemilikan secara
perseorangan, dan keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat
produksi telah dihapuskan.[2]
Secara
luas, sosialisme diartikan sebagai bentuk perekonomian yang pemerintahannya
paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga
masyarakat untuk mengelola perekonomian, termasuk kewenangan untuk menguasai
unit produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan menghilangkan kepemilikan
oleh swasta (Brinton, 1981).
Dalam kehidupan sehari-hari kata “sosialisme” sering dipakai
bergantian dengan istilah “komunisme”. Antara sosialisme dan komunisme memang
tidak banyak perbedaannya. Bahkan Marx sering menggunakan kedua istilah tersebut
secara bergantian untuk menjelaskan hal yang sama. Bagaimanapun, oleh
pakar-pakar lain antara keduanya sering dibedakan.
Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah “sosialisme”
sering digantikan dengan “komunisme”. Menurut Brinton(1981), kalau sosialisme
menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah berlangsung
secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan
kompensasi pada pemilik-pemilik swasta, maka dalam “komunisme” peralihan
pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara
cepat dan “revolusioner”, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi,
walaupun tujuan sosialisme dengan komunisme sama, akan tetapi cara untuk
mencapai tujuan ini sangat berbeda.
Jadi, sistem
ini mengharuskan akan adanya kepemilikan secara kolektif terhadap sumber-sumber
produksi. Dengan defisini tersebut, sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi
kooperatif maupun pemilikian dan pengoperasian oleh pemerintah. Seperti halnya
negara eks
Soviet dan Inggris (yang dikuasai oleh partai buruh) dapat dimasukkan ke dalam sistem
sosialis.
Bagaimana
dengan komunisme? Karena istilah sosialisme sering muncul bersamaan dengan
komunisme. Pada dasarnya istilah komunisme dan sosialisme tidak banyak perbedaannya,
bahkan Marx menggunakannya secara bergantian.
Istilah
”komunisme” pertama kali muncul sejak meletusnya revolusi Bolshevik tahun 1917. Menurut Brinton (1981),
sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah
yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur pemerintah dengan
memberikan kompensasi kepada swasta. Sedangkan pada komunisme peralihan
kepemilikan dilakukan secara cepat dan paksa tanpa memberikan kompensasi. Jadi, walaupun tujuan yang
akan dicapai sama, tetapi cara yang digunakan berbeda.
Dapat
dikatakan bahwa komunisme adalah bentuk sosialisme yang paling ekstrem. Karena
untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu
revolusi. Sistem sosialisme-komunisme sering juga disebut sistem ”perekonomian
komando” atau sistem ”ekonomi totaliter”, karena negara mutlak menguasai
unit-unit ekonomi.
Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah rasa
kebersamaan atau kolektivisme(collectivism), dan salah satu bentuk kolektivisme
yang ekstrem adalah komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi disusun,
direncanakan dan dikontrol oleh kekuatan pusat. Komunisme dapat dikatakan
sebagai bentuk sistem paling ekstrem diantara golongan kiri sosialis, sebab
untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu
revolusi.
Perekonomian yang didasarkan atas sistem, dimana segala
sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut sistem “perekonomian
komando”. Karena dalam sistem komunis negara merupakan penguasa mutlak,
perekonomian komunis juga sering disebut “sistem ekonomi totaliter”. Istilah
lain yang juga sering digunakan adalah “anarkisme”, merujuk pada suatu kondisi
sosial dimana pemerintah tidak main paksa dalam menjalankan
kebijaksanaan-kebijaksanaannya, melainkan dipercayakan pada asosiasi-asosiasi
individu secara bebas dalam sistem sosial kemasyarakatan yang ada.
Aliran sosialisme sebelum Marx (yang lebih bersifat utopis
sering dimasukkan ke dalam “sosialis”, sedangkan sosialisme yang dikembangkan
Marx digolongkan ke dalam “komunis”. Cara lain menamakan sosialisme Marx adalah
“marxisme”. Disebut “marxisme” karena jasa Marx sangat besar dalam
mengembangkan dan mempopulerkan aliran sosialis-komunis ini. Tetapi kemudian
paham marxisme ini juga mengalami perkembangan, dan jenis-jenis marxisme juga
bervariasi, mulai dari marxisme ortodoks, neo-marxis, human-marxis, aliran Kiri
Baru(New Left),
sosialis independen dan sebagainya.
Tetapi, walau demikian pengertian tentang sosialisme semakin
beragam dan bervariasi, dapat dikatakan bahwa pandangan dari tiap-tiap aliran
didasarkan pada ajaran Marx dan Engels. Semua aliran marxisme tersebut pada
intinya sama-sama melihat, mempertanyakan dan membahas mengapa dan bagaimana
pola produksi kapitalis telah mengubah formasi sosial-ekonomi masyarakat
prakapitalis; mengapa yang terjadi justru proses pemiskinan (pauperization),
proses penyengsaraan (immiserization), keadaan keterbelakangan
(under-development) serta makin banyak dan berkembangnya jumlah “tentara
cadangan industri” (industrial reserve army) dan bukannya proses pembangunan
(development) atau kemajuan (proggress).
B.
Sosialisme Utopis
Sosialisme
bukan hal yang baru, gagasan ini sudah ada sejak jaman Yunani kuno, dimana
Plato berpendapat bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan diperintah
oleh orang-orang baik serta negarawan ulung, yang disaring dari seluruh anggota
masyarakat. Karena gagasannya ini Plato dianggap sebagai pendiri ajaran
sosialisme. Menurut Plato, sistem pemerintahan yang baik adalah berbentuk
totaliterisme, dikendalikan dan dipimpin oleh orang terpandai dan terpilih.[3]
Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas
More (1478-1535). Bahkan istilah “sosialis-utopis” diberikan karena More pernah
menulis tentang sebuah “negara impian” dalam sebuah tulisannya yang sangat
terkenal: “Utopia”. Buku Utopia ditulis pertama kali dalam bahasa Latin di
Belgia tahun 1516, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1551. Dalam
buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal bernama utopia,
yang dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik
bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama, dimana makanan serta
segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula.
Untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa, semua orang harus bekerja. Tetapi karena masyarakat dianjurkan untuk
hidup sederhana, orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu terlalu
lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja sekitar
enam jam tiap hari. Dalam hidup penuh kebersamaan ini uang tidak perlu. Pakaian
semua orang seragam, dan dengan demikian tidak perlu mengikuti mode. Lebih
ekstrem lagi, bahkan perhiasan emas dan perak tidak dihargai. Toleransi hidup
bermasyarakat ditanamkan. Pemerintahan dijalankan secara “demokratis”, dimana
pimpinan untuk seumur hidup adalah merupakan hasil pemilihan rakyat.
Dari gambarannya tentang negara utopia sebagaimana dijelaskan
diatas, tidak sulit ditebak bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai
penganut sosialisme/komunisme. Tetapi jika ditelusuri dari latar belakang
penulisan buku, apa yang dimaksudkan More sesungguhnya adalah menyindir
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Inggris pada abad ke-16, dimana
perbandingan antara yang kaya dengan yang miskin sangat menyolok dan kaum buruh
bekerja sangat keras dalam waktu terlalu lama sehingga tidak ada kemungkinan
atau kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan pendidikan, dan melakukan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Tulisan-tulisan lain yang senada dengan Utopia More cukup
banyak, antara lain dapat dilihat dari karangan Tomasso Campanella(1568-1639),
Francis Bacon(1560-1626) dan James Harrington. Tomasso Campanella dari Itali,
menulis sebuah buku berjudul Civitas Solis. Judul tersebut secara sederhana berarti Kota Matahari (City of the Sun). Buku ini oleh sebagian kalangan dianggap
sangat mirip dengan Respub;ika yang ditulis oleh Plato kira-kira satu abad
sebelumnya. Tokoh Utopis lain, yaitu Francis Bacon, mengarang sebuah buku
dengan judul New Atlantis,
atau Nova Atlantispada
tahun 1629. James Harrington, seorang penganjur demokrasi politik, menerbitkan
sebuah karangan dengan judul “Oceana” pada tahun 1656.
Buku-buku yang sifatnya utopia tersebut
banyak mempengaruhi pemikir-pemikir sosialis lain di kemudian hari. Misalnya
pandangan-pandangan Comte de Saint Simon(1760-1825), jelas sangat dipengaruhi
oleh pandangan Francis Bacon melalui bukunya New Atlantis. Melalui karya-karyanya, Saint Simon, seorang
bangsawan pra-revolusi Perancis, dipandang sebagai salah seorang pemikir ulung
sosialis. Ia merasa bahwa sistem produksi dalam suatu organisasi sosial sangat
penting artinya, yang waktu itu sangat dikuasai oleh kaum feodal dan berjalan
tanpa kontrol. Agar sistem produksi ini bisa memberikan kesejahteraan yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat, perlu ada suatu lembaga yang mampu melakukan
pengawasan. Lembaga apa dan oleh siapa? Saint Simon mengusulkan agar fungsi
pengawasan tersebut dipegang oleh suatu badan yang disebut industrial elite, yang anggota-anggotanya terdiri atas
pakar-pakar ilmiah (scientists),
para teknisi serta para pimpinan pengusaha.
Orang
tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu lama, melainkan cukup sekedar dapat
memenuhi kebutuhannya saja. Toleransi hidup ditanamkan. Tulisan lain yang senada dengan More, antara
lain dapat dilihat dari karangan: Tomasso Campanella (1568-1639) berjudul
Civitas Solis; Francis Bacon (1560-1626) berjudul New Atlantis; dan James
Harrington dengan judul Oceana.
Para
pemikir-pemikir itu mempunyai kesamaan pandangan akan suatu negara impian
dimana sosialisme menjiwai perekonomiannya. Dan akhirnya angan-angan tetaplah
angan-angan yang akan selalu berada di alam bawah sadar manusia. Tetapi di
kemudian hari buku-buku yang bersifat utopia itu akan mempengaruhi pemikir
sosialis lainnya.
C.
Sosialisme Komunitas Bersama
Pada
awalnya sosialisme hanya merupakan suatu utopis dimana berada dalam angan-angan
manusia. Akan tetapi dilain pihak ada tokoh sosialis yang merealisasi cita-cita
mereka dalam kenyataan. Diantaranya adalah Robert Owen (1771-1858), Charles
Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).
Robert
Owen adalah seorang pengusaha yang kaya. Penderitaan yang pahit membuatnya
berpikir bagaimana menciptakan suatu komunitas yang ideal, dimana kesejahteraan
masyarakat sangat diperhatikan. Untuk itu Owen membangun pabrik sebagai model
untuk perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Ide
Owen tentang sosialis dapat dilihat dari bukunya ”The New View of Society”. Ia
juga menuntut adanya partisipasi pemerintah.
Robert Owen waktu kecil sangat menderita. Dalam usia
kanak-kanak ia pernah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil. Tetapi
berkat keuletannya Owen kemudian berhasil menjadi seorang pengusaha tekstil
yang kaya raya dan mempunyai sebuah pabrik tekstil di New Lamark, Scotlandia.
Ia tidak mau pengalaman pahit yang dideritanya, misalnya waktu masih kecil
harus bekerja siang malam, bisa dari jam 8 pagi hingga jam 2 subuh, dialami
oleh pekerja-pekerja lain. Untuk itu Owen membangun pabrik sebagai model untuk
perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Owen membayar gaji buruh dengan tingkat upah
yang relatif tinggi, dengan jam kerja yang lebih rendah.
Para pekerja diberi fasilitas
pemeliharaan kesehatan, ada kedai-kedai tempat minum-minum, tetapi bukan tempat
bermabuk-mabukan. Selain itu untuk para pekerja juga disediakan perumahan yang
layak.
Ide-ide Owen tentang gerakan sosialis dapat dilihat dari
bukunya The New View of Society (1816). Owen juga memperjuangkan peran pemerintah dalam pembangunan
desa-desa komunal berdasarkan asas koperasi. Untuk merealisir idenya, ia
mendirikan percontohan di New Harmony, Indiana, Amerika Serikat. Sayang
percontohan tersebut, juga percontohan lainnya yang didirikannya di Inggris,
tidak ada yang mampu bertahan lama.
Charles Fourier adalah pengikut ajaran Saint Simon, yang dalam
banyak hal juga banyak kesamaannya dengan Owen. Bedanya, kalau Owen mendirikan
komunitas berdasarkan asas koperasi dalam sebuah parallelogram, Fourier mendirikan apa yang disebut phalanges atau phalanx. Phalanx merupakan suatu unit komunitas
terdiri dari sejumlah orang, sekitar 810 orang, 1000 orang atau 1620 orang
(Whittaker,1960) atau dalam sumber-sumber lain (Tom Gunadi,1981) berjumlah
sekitar 2000 orang, yang hidup dalam suatu apartment hotel atau phalansterytempat tinggal bersama. Didalam sebuah phalanstery juga ada toko-toko untuk melayani
kebutuhan tiap orang.
Phalanx dikelilingi oleh daerah
pertaniannya sendiri, dimana kebutuhan akan makanan dihasilkan. Dalam setiap
Phalanx setiap orang harus bekerja kesukaan, kecakapan dan bakat masing-masing.
Pada akhir tahun pembukuan, keuntungan dibagi menurut prestasi kerja, kapital,
dan kecakapan masing-masing. Pekerja memperoleh 5/12 bagian, manajer 4/12
bagian dan pemilik modal memperoleh 3/12 bagian. Dalam angan-angan Fourier,
phalanx harus berkembang perlahan-lahan tetapi pasti ke seluruh penjuru dunia
dan seluruhnya dipersatukan menurut tata hirarki dibawah satu pemerintahan
dunia. Semua ide Fourier ini dapat dilihat dalam karangannya : Theory of Four Movements yang terbit tahun 1808.
Untuk merealisir cita-citanya, Fourier yang menganggap bahwa
kebudayaan Eropa sudah bangkrut, kemudian pindah ke daerah impian Amerika
Serikat. Pada tahun 1842 ada 34 koloni atau phalanx yang didirikan sesuai
dengan ide Fourier, diantaranya yang paling terkenal adalah “Brook Farm” di
West Roxbury, Massachussets. Diantara antara anggotanya termasuk Charles Dana
dan Nathaniel Hawthome. Sayang, kebanyakan phalanx, termasuk yang di Amerika
Serikat, hanya dapat bertahan hidup beberapa tahun saja.
Tokoh terakhir yang merealisir cita-citanya dengan membentuk
sebuah komunitas bersama adalah Louis Blanc. Seperti halnya Robert Owen, Louis
Blanc juga seorang penggagas koperasi, tapi khusus untuk koperasi produksi, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Untuk memajukan
kesejahteraan para anggota, ia memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk
memiliki perusahaan. Sedang untuk mengangkat derajat kaum buruh, ia
mengharapkan agar pemerintah ikut aktif membantu usaha-usaha kaum buruh,
termasuk dalam bidang permodalan. Revolusi yang terjadi pada tahu 1848
memungkinkan didirikannya sebuah koperasi produksi sesuai dengan gagasan Blanc.
Akan tetapi koperasi yang didirikan atas gagasan Louis Blanc tersebut dalam
kenyataan tidak berhasil karena beberapa hal, antara lain karena oposisi dari
beberapa kapitalis, karena kekurangan modal, tidak kuat mengikuti persaingan
dalam sistem liberal kapitalis serta kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan.
Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa ide-ide para pemikir
sosialis seperti kita singgung diatas kebanyakan masih bersifat utopis,
bersifat angan-angan, yang oleh Marx dinilai terlalu naif untuk diikuti.
Idealisme mereka memang tinggi, tapi secara teori-praktis tidak bisa
direalisir. Kalaupun ada yang merealisir angan-angan mereka dengan mendirikan
komune-komune, seperti Owen, Fourier dan Louis Blanc, dan sebagainya, tetapi
kebanyakan segera layu sebelum berkembang. Baru di tangan Karl Marx, ide
sosialisme memperoleh “landasan ilmiah”, paling kurang menurut anggapan Marx
sendiri. Bagaimana pula pandangan sosialisme versi Marx ini akan dibahas pada
bab selanjutnya.
Sama
seperti Owen, Fourier dan Blanc juga berhasil merealisasikan pemikirannya
dengan membentuk suatu daerah ideal yang berdasar atas pemikiran sosialisme untuk
mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Tetapi sayang
komunitas-komunitas itu tidak dapat bertahan lama karena beberapa faktor antara
lain :
1.
oposisi dari beberapa kapitalis;
2.
kekurangan modal;
3.
tidak kuat bersaing dalam sistem kapitalis-liberalis;
4.
serta kelemahan dalam pengelolaan.
Dapat
dikatakan bahwa ide pemikir sosialis adalah masih bersifat utopis, bersifat
angan-angan, dan terlalu naif untuk diikuti. Karena dinilai idealisme mereka
memang tinggi, tetapi secara teoritis-praktis tidak bisa direalisasi. Kalaupun
ada yang merealisasi kebanyakan akan segera layu sebelum berkembang. Barulah
ditangan Marx, ide sosialisme memperoleh ”landasan ilmiah” untuk berkembang
menjadi sesuatu yang realistis. Dan pemaparan selengkapnya akan dibahas oleh
kelompok selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan
materi sebelumnya, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan
poin penting, diantaranya:
1. Sosialisme menggambarkan pergeseran
milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan
melalui prosedur pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada swasta.
Sedangkan pada komunisme peralihan kepemilikan dilakukan secara cepat dan paksa
tanpa memberikan kompensasi. Jadi, walaupun tujuan yang akan
dicapai sama, tetapi cara yang digunakan berbeda.
2. Konsep
Sosialisme Utopis: Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala
kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula.
Tokoh-tokohnya:
Sir Thomas More, Tomasso Campanella, Francis Bacon, James Harrington
3. Konsep
Sosialisme Komunitas Bersama: Membentuk suatu daerah ideal yang berdasar atas pemikiran
sosialisme untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Tokoh-tokohnya: Robert Owen (1771-1858),
Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882)
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah. Dan dalam
penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar
dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
http://goo.gl/OUWJQz. Pemikiran Sosialisme Pra Marx. Diakses
18 Maret 2014
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta :Gramedia, 1996), Pendidikan
Kewarganegaraan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah halaman 230
Gerald Braunthal, Socialisme and Social Democracy,
(Encyclopedia Americana vol 25, 1996),
Gerald Braunthal, Socialisme and Social
Democracy, (Encyclopedia Americana vol 25, 1996), hal. 146
Tidak ada komentar:
Posting Komentar