Kamis, 20 Desember 2018

MAKALAH SOSIALISME PRA MARX


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebelum munculnya sistem ekonomi sosialisme, dunia barat telah mapan menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Banyak bermunculan tokoh pemikir ekonomi kapitalis, seperti Robert Malthus, David Ricardo, J.B. Say, dan J.S. Mill. Mereka tergabung kedalam mahzab klasik yang dimotori oleh Adam Smith. Pemikiran mereka lebih berorientasi kepada sistem ekonomi pasar, atau liberal, atau kapitalis.
       Kaum borjuis berada pada puncak perekonomian, kepemilikan akan modal yang besar membuat mereka bertindak semaunya. Hal ini mendapat tentangan dari kaum proletar (buruh), yang hidupnya semakin tertindas. William Blake (1775-1827) menggambarkan bahwa kapitalisme telah merusak keadaan Inggris yang semula damai, kemudian membawa masyarakat ke arah hidup penuh persaingan dan perkelahian .
       Berangkat dari kenyataan dimana kapitalisme tidak membawa keadilan bagi masyarakat dan hanya menguntungkan segelintir orang (kaum borjuis), maka muncullah para pemikir-pemikir ekonomi baru yang lebih berorientasi pada kesejahteraan masyarakat berdasar azas keadilan dalam perekonomian. Ajaran-ajaran mereka lebih dikenal dengan sosialisme.
B.       Rumusan Masalah
1. Apa itu Sosialisme dan Komunisme?
2. Bagaimana dengan Konsep Sosialisme Utopis?
3. Bagaimana pula Konsep Sosialisme Komunitas Bersama?
C.      Tujuan Penulisan          
  1. Memahami tentang Definisi Sosialisme.
  2. Mengenal tentang Konsep Sosialisme Utopis
  3. Mendeskripsikan tentang Konsep Sosialisme Komunitas Bersama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Sosialisme dan Komunisme
       Istilah sosialisme dapat merepresentasikan banyak arti. Selain sistem ekonomi, juga menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. Menurut J.S. Mill, secara sempit sosialisme ialah kegiatan menolong orang-orang yang tak beruntung dan tertindas.
              Secara etimologis, sosialisme berasal dari bahasa Latin “SOCIUS” yang berarti sahabat atau teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh kelompok.[1]Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan di dunia ini milik bersama, dan pemilikan secara bersama lebih baik daripada pemilikan secara perseorangan, dan keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan.[2]
       Secara luas, sosialisme diartikan sebagai bentuk perekonomian yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat untuk mengelola perekonomian, termasuk kewenangan untuk menguasai unit produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan menghilangkan kepemilikan oleh swasta (Brinton, 1981).
       Dalam kehidupan sehari-hari kata “sosialisme” sering dipakai bergantian dengan istilah “komunisme”. Antara sosialisme dan komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan Marx sering menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan hal yang sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar lain antara keduanya sering dibedakan.
       Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah “sosialisme” sering digantikan dengan “komunisme”. Menurut Brinton(1981), kalau sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta, maka dalam “komunisme” peralihan pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan “revolusioner”, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi, walaupun tujuan sosialisme dengan komunisme sama, akan tetapi cara untuk mencapai tujuan ini sangat berbeda.
       Jadi, sistem ini mengharuskan akan adanya kepemilikan secara kolektif terhadap sumber-sumber produksi. Dengan defisini tersebut, sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi kooperatif maupun pemilikian dan pengoperasian oleh pemerintah. Seperti halnya negara eks Soviet dan Inggris (yang dikuasai oleh partai buruh) dapat dimasukkan ke dalam sistem sosialis.
       Bagaimana dengan komunisme? Karena istilah sosialisme sering muncul bersamaan dengan komunisme. Pada dasarnya istilah komunisme dan sosialisme tidak banyak perbedaannya, bahkan Marx menggunakannya secara bergantian.
       Istilah ”komunisme” pertama kali muncul sejak meletusnya revolusi Bolshevik  tahun 1917. Menurut Brinton (1981), sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada swasta. Sedangkan pada komunisme peralihan kepemilikan dilakukan secara cepat dan paksa tanpa memberikan kompensasi. Jadi, walaupun tujuan yang akan dicapai sama, tetapi cara yang digunakan berbeda.
       Dapat dikatakan bahwa komunisme adalah bentuk sosialisme yang paling ekstrem. Karena untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu revolusi. Sistem sosialisme-komunisme sering juga disebut sistem ”perekonomian komando” atau sistem ”ekonomi totaliter”, karena negara mutlak menguasai unit-unit ekonomi.
       Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau kolektivisme(collectivism), dan salah satu bentuk kolektivisme yang ekstrem adalah komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi disusun, direncanakan dan dikontrol oleh kekuatan pusat. Komunisme dapat dikatakan sebagai bentuk sistem paling ekstrem diantara golongan kiri sosialis, sebab untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu revolusi.
       Perekonomian yang didasarkan atas sistem, dimana segala sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut sistem “perekonomian komando”. Karena dalam sistem komunis negara merupakan penguasa mutlak, perekonomian komunis juga sering disebut “sistem ekonomi totaliter”. Istilah lain yang juga sering digunakan adalah “anarkisme”, merujuk pada suatu kondisi sosial dimana pemerintah tidak main paksa dalam menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaannya, melainkan dipercayakan pada asosiasi-asosiasi individu secara bebas dalam sistem sosial kemasyarakatan yang ada.
       Aliran sosialisme sebelum Marx (yang lebih bersifat utopis sering dimasukkan ke dalam “sosialis”, sedangkan sosialisme yang dikembangkan Marx digolongkan ke dalam “komunis”. Cara lain menamakan sosialisme Marx adalah “marxisme”. Disebut “marxisme” karena jasa Marx sangat besar dalam mengembangkan dan mempopulerkan aliran sosialis-komunis ini. Tetapi kemudian paham marxisme ini juga mengalami perkembangan, dan jenis-jenis marxisme juga bervariasi, mulai dari marxisme ortodoks, neo-marxis, human-marxis, aliran Kiri Baru(New Left), sosialis independen dan sebagainya.
       Tetapi, walau demikian pengertian tentang sosialisme semakin beragam dan bervariasi, dapat dikatakan bahwa pandangan dari tiap-tiap aliran didasarkan pada ajaran Marx dan Engels. Semua aliran marxisme tersebut pada intinya sama-sama melihat, mempertanyakan dan membahas mengapa dan bagaimana pola produksi kapitalis telah mengubah formasi sosial-ekonomi masyarakat prakapitalis; mengapa yang terjadi justru proses pemiskinan (pauperization), proses penyengsaraan (immiserization), keadaan keterbelakangan (under-development) serta makin banyak dan berkembangnya jumlah “tentara cadangan industri” (industrial reserve army) dan bukannya proses pembangunan (development) atau kemajuan (proggress).
B.       Sosialisme Utopis
       Sosialisme bukan hal yang baru, gagasan ini sudah ada sejak jaman Yunani kuno, dimana Plato berpendapat bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan diperintah oleh orang-orang baik serta negarawan ulung, yang disaring dari seluruh anggota masyarakat. Karena gagasannya ini Plato dianggap sebagai pendiri ajaran sosialisme. Menurut Plato, sistem pemerintahan yang baik adalah berbentuk totaliterisme, dikendalikan dan dipimpin oleh orang terpandai dan terpilih.[3]
       Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1478-1535). Bahkan istilah “sosialis-utopis” diberikan karena More pernah menulis tentang sebuah “negara impian” dalam sebuah tulisannya yang sangat terkenal: “Utopia”. Buku Utopia ditulis pertama kali dalam bahasa Latin di Belgia tahun 1516, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1551. Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal bernama utopia, yang dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama, dimana makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula.
       Untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, semua orang harus bekerja. Tetapi karena masyarakat dianjurkan untuk hidup sederhana, orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu terlalu lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja sekitar enam jam tiap hari. Dalam hidup penuh kebersamaan ini uang tidak perlu. Pakaian semua orang seragam, dan dengan demikian tidak perlu mengikuti mode. Lebih ekstrem lagi, bahkan perhiasan emas dan perak tidak dihargai. Toleransi hidup bermasyarakat ditanamkan. Pemerintahan dijalankan secara “demokratis”, dimana pimpinan untuk seumur hidup adalah merupakan hasil pemilihan rakyat.
       Dari gambarannya tentang negara utopia sebagaimana dijelaskan diatas, tidak sulit ditebak bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai penganut sosialisme/komunisme. Tetapi jika ditelusuri dari latar belakang penulisan buku, apa yang dimaksudkan More sesungguhnya adalah menyindir kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Inggris pada abad ke-16, dimana perbandingan antara yang kaya dengan yang miskin sangat menyolok dan kaum buruh bekerja sangat keras dalam waktu terlalu lama sehingga tidak ada kemungkinan atau kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan pendidikan, dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
       Tulisan-tulisan lain yang senada dengan Utopia More cukup banyak, antara lain dapat dilihat dari karangan Tomasso Campanella(1568-1639), Francis Bacon(1560-1626) dan James Harrington. Tomasso Campanella dari Itali, menulis sebuah buku berjudul Civitas Solis. Judul tersebut secara sederhana berarti Kota Matahari (City of the Sun). Buku ini oleh sebagian kalangan dianggap sangat mirip dengan Respub;ika yang ditulis oleh Plato kira-kira satu abad sebelumnya. Tokoh Utopis lain, yaitu Francis Bacon, mengarang sebuah buku dengan judul New Atlantis, atau Nova Atlantispada tahun 1629. James Harrington, seorang penganjur demokrasi politik, menerbitkan sebuah karangan dengan judul “Oceana” pada tahun 1656.
       Buku-buku yang sifatnya utopia tersebut banyak mempengaruhi pemikir-pemikir sosialis lain di kemudian hari. Misalnya pandangan-pandangan Comte de Saint Simon(1760-1825), jelas sangat dipengaruhi oleh pandangan Francis Bacon melalui bukunya New Atlantis. Melalui karya-karyanya, Saint Simon, seorang bangsawan pra-revolusi Perancis, dipandang sebagai salah seorang pemikir ulung sosialis. Ia merasa bahwa sistem produksi dalam suatu organisasi sosial sangat penting artinya, yang waktu itu sangat dikuasai oleh kaum feodal dan berjalan tanpa kontrol. Agar sistem produksi ini bisa memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, perlu ada suatu lembaga yang mampu melakukan pengawasan. Lembaga apa dan oleh siapa? Saint Simon mengusulkan agar fungsi pengawasan tersebut dipegang oleh suatu badan yang disebut industrial elite, yang anggota-anggotanya terdiri atas pakar-pakar ilmiah (scientists), para teknisi serta para pimpinan pengusaha.
       Orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhannya saja. Toleransi hidup ditanamkan.  Tulisan lain yang senada dengan More, antara lain dapat dilihat dari karangan: Tomasso Campanella (1568-1639) berjudul Civitas Solis; Francis Bacon (1560-1626) berjudul New Atlantis; dan James Harrington dengan judul Oceana.
       Para pemikir-pemikir itu mempunyai kesamaan pandangan akan suatu negara impian dimana sosialisme menjiwai perekonomiannya. Dan akhirnya angan-angan tetaplah angan-angan yang akan selalu berada di alam bawah sadar manusia. Tetapi di kemudian hari buku-buku yang bersifat utopia itu akan mempengaruhi pemikir sosialis lainnya.
C.      Sosialisme Komunitas Bersama
       Pada awalnya sosialisme hanya merupakan suatu utopis dimana berada dalam angan-angan manusia. Akan tetapi dilain pihak ada tokoh sosialis yang merealisasi cita-cita mereka dalam kenyataan. Diantaranya adalah Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).
       Robert Owen adalah seorang pengusaha yang kaya. Penderitaan yang pahit membuatnya berpikir bagaimana menciptakan suatu komunitas yang ideal, dimana kesejahteraan masyarakat sangat diperhatikan. Untuk itu Owen membangun pabrik sebagai model untuk perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Ide Owen tentang sosialis dapat dilihat dari bukunya ”The New View of Society”. Ia juga menuntut adanya partisipasi pemerintah.
       Robert Owen waktu kecil sangat menderita. Dalam usia kanak-kanak ia pernah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil. Tetapi berkat keuletannya Owen kemudian berhasil menjadi seorang pengusaha tekstil yang kaya raya dan mempunyai sebuah pabrik tekstil di New Lamark, Scotlandia. Ia tidak mau pengalaman pahit yang dideritanya, misalnya waktu masih kecil harus bekerja siang malam, bisa dari jam 8 pagi hingga jam 2 subuh, dialami oleh pekerja-pekerja lain. Untuk itu Owen membangun pabrik sebagai model untuk perbaikan kesejahteraan para pekerja, yang disebut parallelogram. Owen membayar gaji buruh dengan tingkat upah yang relatif tinggi, dengan jam kerja yang lebih rendah.
       Para pekerja diberi fasilitas pemeliharaan kesehatan, ada kedai-kedai tempat minum-minum, tetapi bukan tempat bermabuk-mabukan. Selain itu untuk para pekerja juga disediakan perumahan yang layak.
       Ide-ide Owen tentang gerakan sosialis dapat dilihat dari bukunya The New View of Society (1816). Owen juga memperjuangkan peran pemerintah dalam pembangunan desa-desa komunal berdasarkan asas koperasi. Untuk merealisir idenya, ia mendirikan percontohan di New Harmony, Indiana, Amerika Serikat. Sayang percontohan tersebut, juga percontohan lainnya yang didirikannya di Inggris, tidak ada yang mampu bertahan lama.
       Charles Fourier adalah pengikut ajaran Saint Simon, yang dalam banyak hal juga banyak kesamaannya dengan Owen. Bedanya, kalau Owen mendirikan komunitas berdasarkan asas koperasi dalam sebuah parallelogram, Fourier mendirikan apa yang disebut phalanges atau phalanx. Phalanx merupakan suatu unit komunitas terdiri dari sejumlah orang, sekitar 810 orang, 1000 orang atau 1620 orang (Whittaker,1960) atau dalam sumber-sumber lain (Tom Gunadi,1981) berjumlah sekitar 2000 orang, yang hidup dalam suatu apartment hotel atau phalansterytempat tinggal bersama. Didalam sebuah phalanstery juga ada toko-toko untuk melayani kebutuhan tiap orang.
       Phalanx dikelilingi oleh daerah pertaniannya sendiri, dimana kebutuhan akan makanan dihasilkan. Dalam setiap Phalanx setiap orang harus bekerja kesukaan, kecakapan dan bakat masing-masing. Pada akhir tahun pembukuan, keuntungan dibagi menurut prestasi kerja, kapital, dan kecakapan masing-masing. Pekerja memperoleh 5/12 bagian, manajer 4/12 bagian dan pemilik modal memperoleh 3/12 bagian. Dalam angan-angan Fourier, phalanx harus berkembang perlahan-lahan tetapi pasti ke seluruh penjuru dunia dan seluruhnya dipersatukan menurut tata hirarki dibawah satu pemerintahan dunia. Semua ide Fourier ini dapat dilihat dalam karangannya : Theory of Four Movements yang terbit tahun 1808.
       Untuk merealisir cita-citanya, Fourier yang menganggap bahwa kebudayaan Eropa sudah bangkrut, kemudian pindah ke daerah impian Amerika Serikat. Pada tahun 1842 ada 34 koloni atau phalanx yang didirikan sesuai dengan ide Fourier, diantaranya yang paling terkenal adalah “Brook Farm” di West Roxbury, Massachussets. Diantara antara anggotanya termasuk Charles Dana dan Nathaniel Hawthome. Sayang, kebanyakan phalanx, termasuk yang di Amerika Serikat, hanya dapat bertahan hidup beberapa tahun saja.
       Tokoh terakhir yang merealisir cita-citanya dengan membentuk sebuah komunitas bersama adalah Louis Blanc. Seperti halnya Robert Owen, Louis Blanc juga seorang penggagas koperasi, tapi khusus untuk koperasi produksi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Untuk memajukan kesejahteraan para anggota, ia memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk memiliki perusahaan. Sedang untuk mengangkat derajat kaum buruh, ia mengharapkan agar pemerintah ikut aktif membantu usaha-usaha kaum buruh, termasuk dalam bidang permodalan. Revolusi yang terjadi pada tahu 1848 memungkinkan didirikannya sebuah koperasi produksi sesuai dengan gagasan Blanc. Akan tetapi koperasi yang didirikan atas gagasan Louis Blanc tersebut dalam kenyataan tidak berhasil karena beberapa hal, antara lain karena oposisi dari beberapa kapitalis, karena kekurangan modal, tidak kuat mengikuti persaingan dalam sistem liberal kapitalis serta kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan.
       Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa ide-ide para pemikir sosialis seperti kita singgung diatas kebanyakan masih bersifat utopis, bersifat angan-angan, yang oleh Marx dinilai terlalu naif untuk diikuti. Idealisme mereka memang tinggi, tapi secara teori-praktis tidak bisa direalisir. Kalaupun ada yang merealisir angan-angan mereka dengan mendirikan komune-komune, seperti Owen, Fourier dan Louis Blanc, dan sebagainya, tetapi kebanyakan segera layu sebelum berkembang. Baru di tangan Karl Marx, ide sosialisme memperoleh “landasan ilmiah”, paling kurang menurut anggapan Marx sendiri. Bagaimana pula pandangan sosialisme versi Marx ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
       Sama seperti Owen, Fourier dan Blanc juga berhasil merealisasikan pemikirannya dengan membentuk suatu daerah ideal yang berdasar atas pemikiran sosialisme untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Tetapi sayang komunitas-komunitas itu tidak dapat bertahan lama karena beberapa faktor antara lain :
1.      oposisi dari beberapa kapitalis;
2.      kekurangan modal;
3.      tidak kuat bersaing dalam sistem kapitalis-liberalis;
4.      serta kelemahan dalam pengelolaan.
      Dapat dikatakan bahwa ide pemikir sosialis adalah masih bersifat utopis, bersifat angan-angan, dan terlalu naif untuk diikuti. Karena dinilai idealisme mereka memang tinggi, tetapi secara teoritis-praktis tidak bisa direalisasi. Kalaupun ada yang merealisasi kebanyakan akan segera layu sebelum berkembang. Barulah ditangan Marx, ide sosialisme memperoleh ”landasan ilmiah” untuk berkembang menjadi sesuatu yang realistis. Dan pemaparan selengkapnya akan dibahas oleh kelompok selanjutnya.





BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
       Dari pemaparan materi sebelumnya, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan poin penting, diantaranya:
1. Sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada swasta. Sedangkan pada komunisme peralihan kepemilikan dilakukan secara cepat dan paksa tanpa memberikan kompensasi. Jadi, walaupun tujuan yang akan dicapai sama, tetapi cara yang digunakan berbeda.
2. Konsep Sosialisme Utopis: Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula.
Tokoh-tokohnya: Sir Thomas More, Tomasso Campanella, Francis Bacon, James Harrington
3. Konsep Sosialisme Komunitas Bersama: Membentuk suatu daerah ideal yang berdasar atas pemikiran sosialisme untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Tokoh-tokohnya: Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882)
B.       Saran
              Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik


DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
http://goo.gl/OUWJQz. Pemikiran Sosialisme Pra Marx. Diakses 18 Maret 2014
       Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta :Gramedia, 1996), Pendidikan Kewarganegaraan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah halaman 230

Gerald Braunthal, Socialisme and Social Democracy, (Encyclopedia Americana vol 25, 1996),



[1] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta :Gramedia, 1996), hal. 1030-1032
[2] Pendidikan Kewarganegaraan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah halaman 230
Gerald Braunthal, Socialisme and Social Democracy, (Encyclopedia Americana vol 25, 1996), hal. 146



Tidak ada komentar:

Posting Komentar