Kamis, 20 Desember 2018

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Teori ekonomi makro adalah bidang ilmu ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi makro merupakan pengetahuan ekonomi yang bersifat agregatif dan me-nampilkan teori-teori ekonomi makro yang sangat mendasar.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pem-bayaran internasional. Dalam ekonomi makro, dikenal adanya masyarakat konsumen, masyara-kat produsen, dan pasar agregatif yang terbentuk dari permintaan agregatif dan penawaran agregatif. Selain itu, kita mengenal variable pengeluaran konsumsi nasional yang dilakukan seluruh konsumen, variable pengeluaran investasi nasional, dan juga harga-harga umum atau indeks harga.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar ekonomi makro !
2. Bagaimana perkembangan ekonomi makro di Indonesia !
3. Bagaimana kebijaksanaan  ekonomi makro !
4. Bagaimana kelemahan-kelemahan analisis makro ekonomi !
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar ekonomi makro
2. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi makro di Indonesia
3. Untuk mengetahui kebijaksanaan ekonomi makro
4. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan analisis makro ekonomi



BAB II
PEMBAHASAN

A.Konsep Dasar Ekonomi Makro
Ilmu ekonomi yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan – kebutuhannya mengadakan pemilihan diantara berbagai alternative pemuas kebutuhan yang relative terbatas.
Konsep dasar ekonomi makro
Definisi ekonomi
1.      Ilmu yang menjelaskan tentang pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia dan bagaimana pilihan-pilihan tersebut mengubah keterbatasan kita.
2.      Transaksi pertukaran antar manusia, dengan atau tanpa uang.
3.      Menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber produktif yang langka
4.      Prilaku manusia untuk mengorgsnisasi kegiatan konsumsi dan produksinya
5.      Memplajari kekayaan
6.      Cara-cara memperbaiki kehidupan masyarakat.
Ilmu ekonomi makro adalah suatu studi tentang aktifitas ekonomi secara agregat.[1]
B. Perkembangan Ekonomi Makro di Indonesia
Pada tahun 1929-1933 terjadi adanya The Great Depression.Yaitu kejadian dimana negara-negara diseluruh dunia mengalami masalah ekonomi.Angka pengangguran meningkat, output ekonomi berkurang, investasi merosot tajam.Keadaan ini membuat hipotesis mengenai ekonomi klasik pun dipertanyakan.Karena paham ekonomi klasik hanya tergantung oleh mekanisme pasar. Keadaan ini mendorong seorang ahli ekonomi terkemuka inggris bernama John Maynard Keynes mengemukakan pendapat dalam buku The General Theory of Employment Interest and Money.
            Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan.Ekonomi makro menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro hanya membahas variabel-variabel yang berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara keseluruhan, secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku ekonomi secara individual.Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi isu utama ekonomi makro.
Ekonomi makro berkembang berawal dari kegagalan ekonomi klasik yang sangat fanatik terhadap konsep mekanisme pasar dalam mengatur perekonomian. Adam Smith sebagai tokoh ekonomi klasik pada tahun 1776 menulis buku yang berjudul The Wealth of Nations meyakinkan para ahli ekonomi klasik bahwa konsep invisible hand atau bekerjanya mekanisme pasar dapat menentukan produk apa yang akan dihasilkan.
            Analisis ekonomi makro mulai berkembang dengan pesat setelah seorang ahli ekonomi Inggris yaitu John Maynard Keynes pada tahun 1936 menerbitkan buku yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money.[2]
C. Kebijaksanaan Ekonomi Makro
            Kerangka kerja penawaran dan permintaan agregat menegaskan bahwa di bawah kondisi tertentu, kebijaksanaan ekonomi makro mempunyai peluang untuk meluaskan, atau bahkan memperkecil permintaan.Para pembuat kebijaksanaan memiliki dua kelompok besar alternatif kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi kehidupan ekonomi.
Kebijaksanaan moneter diatur oleh bank sentral (Federal Reserved System). Instrumen kebijaksanaan moneter adalah perubahan cadangan uang yang beredar, perubahan tingkat suku bunga – tingkat diskonto – di mana Bank Sentral meminjamkan uang kepada Bank Komersial, dan pengawasan terhadap sistem perbankan. Kebijakasanaan  fiskal adalah bidang kewenangan parlemen, dan biasanya diprakarsai oleh lembaga  eksekutif. Instrumen kebijaksanaan fiskal adalah tarif pajak dan besarnya tingkat pengeluaran pemerintah.
            Satu dari kenyataan pokok kebijaksanaan adalah bahwa pengaruh kebijaksanaan moneter dan fiskal terhadap perekonomian tidak sepenuhnya dapat diramalkan, baik yang berkaitan dengan waktu maupun tingkat pengaruhnya terhadap permintaan dan penawaran. Kedua aspek ketidakpastian ini merupakan inti dari masalah kebijaksanaan stabilisasi. Kebijaksanaan stabilisasi adalah kebijaksanaan moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi perekonomian  -  terutama  fluktuasi pada laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.
            Fluktuasi yang besar pada laju inflasi dan tingkat pengangguran, yang dengan terang-terangan memperlihatkan bahwa kebijaksanaan stabilisasi belum sepenuhnya berhasil menurunkan tingkat kedua variabel tersebut. Kegagalan kebijaksanaan stabilisasi ini terjadi karena unsur ketidakpastian mekanisme kerja dari kebijaksanaan tersebut terhadap perekonomian.
            Betapapun, masalah ekonomi politik juga terlibat dalam penerangan kebijaksanaan stabilisasi. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghapuskan tingkat pengangguran, dengan konsekuensi meningkatnya laju inflas, jelas merupakan suatu masalah penilaian mengenai kondisi perekonomian maupun kerugian yang mungkin timbul akibat terjadinya kekeliruan. Mereka yang lebih mengkhawatirkan kerugian yang diakibatkan oleh pengangguran dibanding dengan kerugian yang terjadi karena adanya tekanan inflasi akan bersedia menanggung beban inflasi yang semakin tinggi untuk mengurangi tingkat pengangguran daripada mereka yang menganut pandangan yang sebaliknya.
            Ekonomi politik mempengaruhi kebijaksaan stabilisasi melalui cara-cara yang lebih beragam dibanding melalui kemungkinan risiko yang seringkali dikaitkan oleh sejumlah pengambil kebijaksanaan dari aliran politik yang berbeda pada inflasi dan pengangguran dari risiko yang siap untuk mereka hadapi dalam rangka menyehatkan situasi kehidupan ekonomi. Pun terhadap apa yang disebut dengan siklus ekonomi politik, yang pada prinsipnya didasarkan pada observasi bahwa hasil pemilihan umum, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang berlaku ketika itu. Bila keadaan ekonomi telah membaik dan tingkat pengangguran telah menurun, presiden yang sedang berkuasa akan cenderung terpilih kembali. Dengan demikian, para pembuat kebijaksanaan sangat terangsang untuk berusaha terpilih kembali, atau bagi siapa saja yang ingin mempengaruhi hasil pemilihan umum, untuk menggunakan kebijaksanaan stabilisasi guna menciptakan kondisi ekonomi yang baik sebelum dilaksanakannya pemilihan umum.
            Kebijaksanaan stabilisasi juga dikenal dengancontercylical policy, yakni kebijaksanaan untuk memperlunak siklus perdagangan ataupun siklus ekonomi. Kebijaksanaan stabilisasi yang berhasil akan meratakan siklus yang terjadi, sementara kebijaksanaan stabilisasi yang gagal mungkin justru akan memperburuk fluktuasi perekonomian. Memang salah satu dari doktrin moneterisme adalah bahwa fluktuasi yang besar pada perekonomian lebih banyak terjadi karena tindakan pemerintah, dan bukan ketidakstabilan yang menjadi ciri dari sektor swasta dalam kegiatan ekonomi.[3]
D.Kelemahan-kelemahan Analisis Makro Ekonomi
Analisisnya Merupakan Analisis Jangka Pendek. Bahwa analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisa jangka pendek, dapat dibuktikan dari beberapa pemisalan yang dibuat dalam teori tersebut. Dari sifat – sifat analisisnya dapat disimpulkan bahwa teori tersebut antara lain memisalkan terdapatnya keadaan – keadaan berikut: kapasitas alat – alat produksi tetap, jumlah tenaga kerja tidak berubah, dan tidak terdapat perbaikan dalam tingkat teknologi yang digunakan. Keadaan seperti ini hanya terdapat dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang pertambahan penduduk menyebabkan kenaikan dalam jumlah tenaga kerja, penanaman modal oleh para pengusaha menyebabkan kapasitas barang modal bertambah tinggi, sedangkan invensi dan inovasi yang terus menerus terjadi menyebabkan teknologi yang digunakan selalu mengalami perbaikan.Dengan adnya perubahan- perubahan ini tingkat produksi dapat terus menerus bertambah.Sedangkan dalam teori makroekonomi pada umumnya dianggap terdapat satu tingkat pendapatan nasional tertentu yang merupakan tingkat pendapatan maksimal yang dapat dicapai.Keadaan ini disebabkan oleh pemisalan – pemisalan yang disebabkan di atas.
            Kelemahan teori makroekonomi yang baru dinyatakan ini sudah lama disadari oleh ahli – ahli ekonomi.Untuk memperbaikinya, dengan dipelopori oleh Harrod dan Domar, ahli – ahli ekonomi sesudah Keynes mulai menelaah kembali berbagai persoalan pertumbuhan ekonomi.Tetapi, bagian ini bukanlah bagian yang terutama dari teori makroekonomi.Lagi pula teori – teori yang dikembangkan tersebut juga masih belum cukup memadai untuk digunakan dalam menganalisis masalah – masalah pembangunan yang dihadapi negara berkembang, dan untuk landasan dalam merumuskan kebijakan pembangunan.
            Antara lain kelemahan teori tersebut adalah terlalu mengagungkan peranan modal dalam pembangunan, mengabaikan peranan faktor – faktor bukan ekonomi (non-ekonomi) dalam pembangunan, dan beberapa pemisalan – pemisalan yang digunakan dalam teori – teori tersebut jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di negara berkembang.
Tidak Menganalisis Faktor Non-Ekonomi
Tidak terdapatnya analisis mengenai pengaruh kedaan sosial, struktur sosial, suasana politik, nilai – nilai hidup, corak pandangan masyarakat  dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi merupakan kelemahan lain dari analisis makroekonomi.  Teori makroekonomi menganggap kegiatan ekonomi dalam masyarakat sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor – faktor yang bersifat ekonomi dan didasarkan pada keinginan untuk mempertinggi efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi yang dimiliki.
Dalam hal ini analisis makroekonomi masih tetap mempertahankan pendapat ahli – ahli ekonomi Klasik yang menganggap bahwa setiap anggota masyarakat tanpa memandang apakah ia seorang pekerja, konsumen, produsen, atau pemilik modal akan berusaha untuk mencapai tingkat pendapatan, keuntungan atau kepuasan yang sebesar – sebesarnya. Para pekerja akan berusaha untuk memperoleh gaji atau pendapatan lain pada tingkat yang paling maksimal yang dapat dicapai. Para pengusaha akan berusaha untuk mencapai tingkat keuntungan paling tinggi yang mungkin diperoleh.
Dan sebagai konsumen, mereka para pengusaha dan para pekerja akan berusaha untik mencapai kepuasan paling maksimal dengan menggunakan sejumlah tertentu pendapatan mereka. Demikian juga analisis makroekonomi menganggap bahwa struktur sosial dan keadaan institusi dalam masyarakat sesuai dengan tujuan setiap anggota masyarakat untuk memperoleh pendapatan, keuntungan, dan kepuasan yang paling maksimal yang mungkin dicapai.Pemisalan – pemisalan ini kurang sesuai untuk digunakan dalam analisis kegiatan ekonomi negara berkembang.
Di dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang tradisional, kegiatan masyarakat sering kali menyimpang dari yang digambarkan dalam teori ekonomi konvensional.Hal ini mungkin menyebabkan hambatan terhadap usaha untuk mempercepat pembangunan di negara berkembang.
Kurang Memperhatikan Sektor Luar Negeri
Dalam analisis makroekonomi penanaman modal oleh para pengusaha dipandang sebagai faktor terpenting yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi; sedangkan sektor luar negeri dipandang tidak memegang peranan sepenting seperti penanaman modal.Di banyak negara berkembang keadaan yang sebaliknya yang lebih banyak berlaku. Sektor luar negeri lebih besar pengaruhnya daripada kegiatan penanaman modal dalam menentukan  gelombang naik turunnya tingkat kegiatan ekonomi.
 Dari sudut ekspor, keadaan ini terutama ditimbulkan oleh salah satu atau gabungan dari kedua faktor berikut: (i) persentase ekspor dari seluruh pendapatan nasional pada umunya lebih tinggi daripada persentase tingkat penanaman modal; dan (ii) di banyak negara berkembang sebagian besar barang – barang ekspor merupakan bahan mentah, di mana dua atau tiga jenis bahan tersebut merupakan bagian besar dari keseluruhan ekspor. Seperti telah dijelaskan, faktor yang kedua ini menyebabkan di negara berkembang jumlah penerimaanekspor cenderung untuk mengalami perubahan yang lebih besar kalau dibandingkan dengan pendapatan ekspor di negara maju.
Dari sudut impor, negara berkembang sangat tergantung kepada negara yang lebih maju dalam melaksanakan pembangunan dan industrialisasi.Sebagian besar barang modal untuk keperluan itu harus diimpor. Maka maju mundurnya kegiatan pembanguan sangat dipengaruhi oleh tersedianya devisa  untuk mengimpor barang – barang tersebut dan bahan – bahan mentah untuk keperluan pembangunan.
Dengan demikian, baik dipandang dari sudut ekspor maupun dipandang dari sudut impor, terdapat kekuatan-kekuatan yang menyebabkan perekonomian menghadapi keadaan naik turun yang lebih besar dalam kegiatannya dari masa ke masa.Fluktuasi ini jauh lebih serius dari fluktuasi kegiatan ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dalam jumlah penanaman modal yang dilakukan oleh para pengusaha.[4]





















BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan.Ekonomi makro menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
            Satu dari kenyataan pokok kebijaksanaan adalah bahwa pengaruh kebijaksanaan moneter dan fiskal terhadap perekonomian tidak sepenuhnya dapat diramalkan, baik yang berkaitan dengan waktu maupun tingkat pengaruhnya terhadap permintaan dan penawaran. Kedua aspek ketidakpastian ini merupakan inti dari masalah kebijaksanaan stabilisasi. Kebijaksanaan stabilisasi adalah kebijaksanaan moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi perekonomian  -  terutama  fluktuasi pada laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.
B.Saran
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak– pihak yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang baik seharusnya memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.










DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 2013. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE
Murni Asfia, Ekonomika Makro, edisi perdana, PT Refika Aditama,bandung 2006 
Winardi. 1987. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Bandung:  Alumni


[1] Asfia Murni, Ekonomika Makro, edisi perdana, PT Refika Aditama,bandung 2006 
[2] Boediono. 2013. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE

[3] Winardi. 1987. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Bandung:  Alumni
[4] http://www.slideshare.net/mobile/syifaxhibundhaayah/ekonomi-makro-kelemahan-kelemahan-perekonomian-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar