BAB I
A.Latar
Belakang
Teori ekonomi makro adalah bidang
ilmu ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas
misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi makro merupakan
pengetahuan ekonomi yang bersifat agregatif dan me-nampilkan teori-teori
ekonomi makro yang sangat mendasar.
Ilmu ekonomi makro mempelajari
variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel
tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau
pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun
neraca pem-bayaran internasional. Dalam ekonomi makro, dikenal adanya
masyarakat konsumen, masyara-kat produsen, dan pasar agregatif yang terbentuk
dari permintaan agregatif dan penawaran agregatif. Selain itu, kita mengenal
variable pengeluaran konsumsi nasional yang dilakukan seluruh konsumen,
variable pengeluaran investasi nasional, dan juga harga-harga umum atau indeks
harga.
B.Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dasar ekonomi makro !
2.
Bagaimana perkembangan ekonomi makro di Indonesia !
3.
Bagaimana kebijaksanaan ekonomi makro !
4.
Bagaimana kelemahan-kelemahan analisis makro ekonomi !
C.Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui konsep dasar ekonomi makro
2.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi makro di Indonesia
3.
Untuk mengetahui kebijaksanaan ekonomi makro
4.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan analisis makro ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
A.Konsep Dasar Ekonomi Makro
Ilmu ekonomi yang didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usahanya memenuhi
kebutuhan – kebutuhannya mengadakan pemilihan diantara berbagai alternative
pemuas kebutuhan yang relative terbatas.
Konsep dasar ekonomi makro
Definisi ekonomi
1. Ilmu yang menjelaskan tentang pilihan-pilihan
yang dibuat oleh manusia dan bagaimana pilihan-pilihan tersebut mengubah
keterbatasan kita.
2. Transaksi pertukaran antar manusia,
dengan atau tanpa uang.
3. Menjatuhkan pilihan yang tepat untuk
memanfaatkan sumber produktif yang langka
4. Prilaku manusia untuk mengorgsnisasi
kegiatan konsumsi dan produksinya
5. Memplajari kekayaan
6. Cara-cara memperbaiki kehidupan
masyarakat.
B. Perkembangan Ekonomi Makro di
Indonesia
Pada tahun 1929-1933
terjadi adanya The Great Depression.Yaitu kejadian dimana negara-negara
diseluruh dunia mengalami masalah ekonomi.Angka pengangguran meningkat, output
ekonomi berkurang, investasi merosot tajam.Keadaan ini membuat hipotesis
mengenai ekonomi klasik pun dipertanyakan.Karena paham ekonomi klasik hanya
tergantung oleh mekanisme pasar. Keadaan ini mendorong seorang ahli ekonomi
terkemuka inggris bernama John Maynard Keynes mengemukakan pendapat dalam buku
The General Theory of Employment Interest and Money.
Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan.Ekonomi makro
menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan
dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk
memengaruhi target-target tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang
berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro hanya membahas variabel-variabel yang
berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara keseluruhan, secara
totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku ekonomi secara
individual.Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi isu utama
ekonomi makro.
Ekonomi makro berkembang berawal dari kegagalan ekonomi klasik
yang sangat fanatik terhadap konsep mekanisme pasar dalam mengatur
perekonomian. Adam Smith sebagai tokoh ekonomi klasik pada tahun 1776 menulis
buku yang berjudul The Wealth
of Nations meyakinkan para
ahli ekonomi klasik bahwa konsep invisible
hand atau bekerjanya
mekanisme pasar dapat menentukan produk apa yang akan dihasilkan.
Analisis ekonomi makro mulai berkembang dengan pesat setelah seorang ahli
ekonomi Inggris yaitu John Maynard Keynes pada tahun 1936 menerbitkan buku yang
berjudul The General Theory of
Employment, Interest and Money.[2]
C. Kebijaksanaan Ekonomi Makro
Kerangka kerja penawaran dan permintaan agregat menegaskan bahwa di bawah
kondisi tertentu, kebijaksanaan ekonomi makro mempunyai peluang untuk
meluaskan, atau bahkan memperkecil permintaan.Para pembuat kebijaksanaan
memiliki dua kelompok besar alternatif kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi kehidupan ekonomi.
Kebijaksanaan moneter diatur oleh bank sentral (Federal
Reserved System). Instrumen kebijaksanaan moneter adalah perubahan cadangan
uang yang beredar, perubahan tingkat suku bunga – tingkat diskonto – di mana
Bank Sentral meminjamkan uang kepada Bank Komersial, dan pengawasan terhadap
sistem perbankan. Kebijakasanaan
fiskal adalah bidang
kewenangan parlemen, dan biasanya diprakarsai oleh lembaga eksekutif.
Instrumen kebijaksanaan fiskal adalah tarif pajak dan besarnya tingkat
pengeluaran pemerintah.
Satu dari kenyataan pokok kebijaksanaan adalah bahwa pengaruh kebijaksanaan
moneter dan fiskal terhadap perekonomian tidak sepenuhnya dapat diramalkan,
baik yang berkaitan dengan waktu maupun tingkat pengaruhnya terhadap permintaan
dan penawaran. Kedua aspek ketidakpastian ini merupakan inti dari masalah
kebijaksanaan stabilisasi. Kebijaksanaan stabilisasi adalah kebijaksanaan
moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi
perekonomian - terutama fluktuasi pada laju pertumbuhan
ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.
Fluktuasi yang besar pada laju inflasi dan tingkat pengangguran, yang dengan terang-terangan
memperlihatkan bahwa kebijaksanaan stabilisasi belum sepenuhnya berhasil
menurunkan tingkat kedua variabel tersebut. Kegagalan kebijaksanaan stabilisasi
ini terjadi karena unsur ketidakpastian mekanisme kerja dari kebijaksanaan
tersebut terhadap perekonomian.
Betapapun, masalah ekonomi politik juga terlibat dalam penerangan kebijaksanaan
stabilisasi. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghapuskan tingkat
pengangguran, dengan konsekuensi meningkatnya laju inflas, jelas merupakan suatu
masalah penilaian mengenai kondisi perekonomian maupun kerugian yang mungkin
timbul akibat terjadinya kekeliruan. Mereka yang lebih mengkhawatirkan kerugian
yang diakibatkan oleh pengangguran dibanding dengan kerugian yang terjadi
karena adanya tekanan inflasi akan bersedia menanggung beban inflasi yang
semakin tinggi untuk mengurangi tingkat pengangguran daripada mereka yang
menganut pandangan yang sebaliknya.
Ekonomi politik mempengaruhi kebijaksaan stabilisasi melalui cara-cara yang lebih
beragam dibanding melalui kemungkinan risiko yang seringkali dikaitkan oleh
sejumlah pengambil kebijaksanaan dari aliran politik yang berbeda pada inflasi
dan pengangguran dari risiko yang siap untuk mereka hadapi dalam rangka
menyehatkan situasi kehidupan ekonomi. Pun terhadap apa yang disebut dengan siklus ekonomi politik, yang
pada prinsipnya didasarkan pada observasi bahwa hasil pemilihan umum,
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang berlaku ketika itu. Bila keadaan ekonomi
telah membaik dan tingkat pengangguran telah menurun, presiden yang sedang
berkuasa akan cenderung terpilih kembali. Dengan demikian, para pembuat
kebijaksanaan sangat terangsang untuk berusaha terpilih kembali, atau bagi
siapa saja yang ingin mempengaruhi hasil pemilihan umum, untuk menggunakan
kebijaksanaan stabilisasi guna menciptakan kondisi ekonomi yang baik sebelum
dilaksanakannya pemilihan umum.
Kebijaksanaan stabilisasi juga dikenal dengancontercylical policy, yakni
kebijaksanaan untuk memperlunak siklus perdagangan ataupun siklus ekonomi.
Kebijaksanaan stabilisasi yang berhasil akan meratakan siklus yang terjadi,
sementara kebijaksanaan stabilisasi yang gagal mungkin justru akan memperburuk
fluktuasi perekonomian. Memang salah satu dari doktrin moneterisme adalah bahwa
fluktuasi yang besar pada perekonomian lebih banyak terjadi karena tindakan
pemerintah, dan bukan ketidakstabilan yang menjadi ciri dari sektor swasta
dalam kegiatan ekonomi.[3]
D.Kelemahan-kelemahan
Analisis Makro Ekonomi
Analisisnya Merupakan Analisis Jangka Pendek. Bahwa analisis
makroekonomi pada dasarnya merupakan analisa jangka pendek, dapat dibuktikan
dari beberapa pemisalan yang dibuat dalam teori tersebut. Dari sifat – sifat
analisisnya dapat disimpulkan bahwa teori tersebut antara lain memisalkan
terdapatnya keadaan – keadaan berikut: kapasitas alat – alat produksi tetap,
jumlah tenaga kerja tidak berubah, dan tidak terdapat perbaikan dalam tingkat
teknologi yang digunakan. Keadaan seperti ini hanya terdapat dalam jangka
pendek.
Dalam jangka panjang pertambahan penduduk menyebabkan kenaikan
dalam jumlah tenaga kerja, penanaman modal oleh para pengusaha menyebabkan
kapasitas barang modal bertambah tinggi, sedangkan invensi dan inovasi yang
terus menerus terjadi menyebabkan teknologi yang digunakan selalu mengalami
perbaikan.Dengan adnya perubahan- perubahan ini tingkat produksi dapat terus
menerus bertambah.Sedangkan dalam teori makroekonomi pada umumnya dianggap
terdapat satu tingkat pendapatan nasional tertentu yang merupakan tingkat
pendapatan maksimal yang dapat dicapai.Keadaan ini disebabkan oleh pemisalan –
pemisalan yang disebabkan di atas.
Kelemahan teori makroekonomi yang baru dinyatakan ini sudah lama disadari oleh
ahli – ahli ekonomi.Untuk memperbaikinya, dengan dipelopori oleh Harrod dan
Domar, ahli – ahli ekonomi sesudah Keynes mulai menelaah kembali berbagai
persoalan pertumbuhan ekonomi.Tetapi, bagian ini bukanlah bagian yang terutama
dari teori makroekonomi.Lagi pula teori – teori yang dikembangkan tersebut juga
masih belum cukup memadai untuk digunakan dalam menganalisis masalah – masalah
pembangunan yang dihadapi negara berkembang, dan untuk landasan dalam
merumuskan kebijakan pembangunan.
Antara lain kelemahan teori tersebut adalah terlalu mengagungkan peranan modal
dalam pembangunan, mengabaikan peranan faktor – faktor bukan ekonomi
(non-ekonomi) dalam pembangunan, dan beberapa pemisalan – pemisalan yang
digunakan dalam teori – teori tersebut jauh berbeda dengan kenyataan yang ada
di negara berkembang.
Tidak Menganalisis
Faktor Non-Ekonomi
Tidak terdapatnya analisis mengenai pengaruh kedaan sosial,
struktur sosial, suasana politik, nilai – nilai hidup, corak pandangan
masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi
merupakan kelemahan lain dari analisis makroekonomi. Teori makroekonomi
menganggap kegiatan ekonomi dalam masyarakat sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor
– faktor yang bersifat ekonomi dan didasarkan pada keinginan untuk mempertinggi
efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi yang dimiliki.
Dalam hal ini analisis makroekonomi masih tetap mempertahankan
pendapat ahli – ahli ekonomi Klasik yang menganggap bahwa setiap anggota
masyarakat tanpa memandang apakah ia seorang pekerja, konsumen, produsen, atau
pemilik modal akan berusaha untuk mencapai tingkat pendapatan, keuntungan atau
kepuasan yang sebesar – sebesarnya. Para pekerja akan berusaha untuk memperoleh
gaji atau pendapatan lain pada tingkat yang paling maksimal yang dapat dicapai.
Para pengusaha akan berusaha untuk mencapai tingkat keuntungan paling tinggi
yang mungkin diperoleh.
Dan sebagai konsumen, mereka para pengusaha dan para pekerja
akan berusaha untik mencapai kepuasan paling maksimal dengan menggunakan
sejumlah tertentu pendapatan mereka. Demikian juga analisis makroekonomi
menganggap bahwa struktur sosial dan keadaan institusi dalam masyarakat sesuai
dengan tujuan setiap anggota masyarakat untuk memperoleh pendapatan,
keuntungan, dan kepuasan yang paling maksimal yang mungkin dicapai.Pemisalan –
pemisalan ini kurang sesuai untuk digunakan dalam analisis kegiatan ekonomi
negara berkembang.
Di dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh struktur
masyarakat yang tradisional, kegiatan masyarakat sering kali menyimpang dari
yang digambarkan dalam teori ekonomi konvensional.Hal ini mungkin menyebabkan
hambatan terhadap usaha untuk mempercepat pembangunan di negara berkembang.
Kurang Memperhatikan
Sektor Luar Negeri
Dalam analisis makroekonomi penanaman modal oleh para pengusaha
dipandang sebagai faktor terpenting yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi;
sedangkan sektor luar negeri dipandang tidak memegang peranan sepenting seperti
penanaman modal.Di banyak negara berkembang keadaan yang sebaliknya yang lebih
banyak berlaku. Sektor luar negeri lebih besar pengaruhnya daripada kegiatan
penanaman modal dalam menentukan gelombang naik turunnya tingkat kegiatan
ekonomi.
Dari sudut ekspor, keadaan ini terutama ditimbulkan oleh
salah satu atau gabungan dari kedua faktor berikut: (i) persentase ekspor dari
seluruh pendapatan nasional pada umunya lebih tinggi daripada persentase
tingkat penanaman modal; dan (ii) di banyak negara berkembang sebagian besar
barang – barang ekspor merupakan bahan mentah, di mana dua atau tiga jenis
bahan tersebut merupakan bagian besar dari keseluruhan ekspor. Seperti telah
dijelaskan, faktor yang kedua ini menyebabkan di negara berkembang jumlah
penerimaanekspor cenderung untuk mengalami perubahan yang lebih besar kalau
dibandingkan dengan pendapatan ekspor di negara maju.
Dari sudut impor, negara berkembang sangat tergantung kepada
negara yang lebih maju dalam melaksanakan pembangunan dan
industrialisasi.Sebagian besar barang modal untuk keperluan itu harus diimpor.
Maka maju mundurnya kegiatan pembanguan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
devisa untuk mengimpor barang – barang tersebut dan bahan – bahan mentah
untuk keperluan pembangunan.
Dengan demikian, baik dipandang dari sudut ekspor maupun
dipandang dari sudut impor, terdapat kekuatan-kekuatan yang menyebabkan
perekonomian menghadapi keadaan naik turun yang lebih besar dalam kegiatannya
dari masa ke masa.Fluktuasi ini jauh lebih serius dari fluktuasi kegiatan
ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dalam jumlah penanaman modal
yang dilakukan oleh para pengusaha.[4]
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ekonomi makro adalah
studi tentang ekonomi secara keseluruhan.Ekonomi makro menjelaskan perubahan
ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi
makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi
target-target tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang
berkesinambungan.
Satu dari kenyataan pokok kebijaksanaan adalah bahwa pengaruh kebijaksanaan
moneter dan fiskal terhadap perekonomian tidak sepenuhnya dapat diramalkan,
baik yang berkaitan dengan waktu maupun tingkat pengaruhnya terhadap permintaan
dan penawaran. Kedua aspek ketidakpastian ini merupakan inti dari masalah
kebijaksanaan stabilisasi. Kebijaksanaan stabilisasi adalah kebijaksanaan
moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi
perekonomian - terutama fluktuasi pada laju pertumbuhan
ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.
B.Saran
Dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak– pihak yang terkait
seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan terjadi
di masyarakat. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang baik seharusnya
memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2013. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE
Murni Asfia, Ekonomika Makro, edisi
perdana, PT Refika Aditama,bandung 2006
Winardi. 1987. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Bandung: Alumni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar