Rabu, 19 Desember 2018

makalah Disiplin


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam suatu organisasi,atau Perusahaan  motivasi dan disiplin kerja, termasuk hal yang paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan alat untuk berkomunikasi untuk dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh sesama pegawai dalam suatu organisasi atau dalam lingkup sebuah kantor. Ada kalanya pegawai atau karyawan melakukan pelanggaran untuk itu diperlukan disiplin kerja agar dapat memperbaiki perilaku-perilaku menyimpang dari pegawai atau karyawan tersebut Setelah terwujudnya motivasi kerja maka akan timbul disiplin kerja yang baik. Untuk mewujudkan keduanya, maka diperlukan adanya kerjasama antara atasan dan para pegawai bawahannya, agar tercipta lingkungan kerja yang kondusif untuk mendukung kinerja para pegawai secara maksimal di dalam organisasi ataupun perusahaan tersebut.
Manajemen berasal dari kata to image, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola. Hubungan-hubungan tersebut menimbulkan kerja sama kemudian melahirkan berbagai bentuk organisasi.  Organisasi merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai individu yang memiliki berbagai macam tingkah laku, harapan, motivasi dan pandangan yang berbeda dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan alat yang dapat mengkoordinasi perilaku dan tindakan tersebut.  Dan alat untuk mengatur dan mengelolah itu adalah manajemen. Dalam suatu organisasi tidak bisa berjalan dengan baik jika sumber daya manusia tidak ada. Dalam suatu organisaasi sumber daya manusia sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia merupakan ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efesisen membantu terwujudnya tujuan organisasi. Manajemen yang mengatur unsur manusia sering disebut manajemen kepegawaian atau personalia yang ditetapkan pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi akan lebih efektif dan efesien jika pegawai memiliki tingkah laku disiplin yang baik, baik dari segi waktu, pekerjaan dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Disiplin?
2.      Bagaimana Prinsip-Prinsip Disiplin?
3.      Apa Macam-Macam Displin Kerja dan Faktor yang mempengaruhinya?
4.      Apa Tujuan, Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja?
5.      Bagaimana Cara Menegakkan Disiplin Kerja?
C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Disiplin
2.      Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Disiplin
3.      Untuk Mengetahui Macam-Macam Displin Kerja dan Faktor yang mempengaruhinya
4.      Untuk Mengetahui Tujuan, Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja
5.      Untuk Mengetahui Cara Menegakkan Disiplin Kerja
D.    Batasan Masalah
Agar pembuatan makalah dapat dilakukan dengan fokus, sempurna, dan lebih jelas maka penulis membahas tentang disiplin, oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan manajemen Sumber Daya Manusia dalam Kedisiplinan. Pentingnya mengelola Sumber Daya Manusia senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran oreganisasi dimana dia berada didalamnya.




Bab II
Pembahasan

A.    Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari akar kata “disciple “ yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan  dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan oraganisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Disiplin menurut Prof. Dr. Sondang p. Siagian, MPA mengemukakan bahwa :“Disiplin adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan, sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara  kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi[1]. Sedangkan disiplin menurut Malayu S.P Hasibuan menyatakan bahwa: “Disiplin adalah kesadarandan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma soaial yang berlaku”[2].
Disiplin pegawai dalam manajemen sumber daya manusia berangkat dari pandangan tidak ada manusia yang sempurna, luout dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manjemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Selain itu ada beberapa  bentuk-bentuk disiplin;
1.      Pendisiplinan Preventif
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada disiplin peribadi para anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling sedikit, tigal hal perlu mendapat perhatian manajemen. Pertama: Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu yang merupakan miliknya. Berarti perlu ditanamkan perasaan kuat bahwa keberadaan mereka adalah “anggota keluarga besar” organisasi yang bersangkutan. Kedua: Para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogianya disertai oleh informasi lengkap mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang bersifat normatif tersebut. Ketiga: Para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi.
2.      Pendisiplinan Korektif
Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi biasa mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di samping faktor objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pertanyaan di atas kertas.

B.     Prinsip-prinsip Disiplin
1.      Pemimpin mempunyai perilaku positif; Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positifg sesuai dengan harapan staf.
2.      Penelitian yang cermat; Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data di kumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah di lakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.
3.      Kesegaran; Pimpinan harus peka terhadap yang di lakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus di atasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila di biarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan di tegakkan dapat di anggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.
4.      Lindungi  Kerahasiaan  (privacy); Tindakan indisipliner akan  mempengaruhi  ego staf, oleh karena itu  akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan  tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang.  Kerahasiaan harus tetap  dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi  masa depannya.
5.      Pimpinan  harus  dapat  melakukan  penekanan  pada kesalahan  yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan  bahwa  kesalahan yang dilakukan  tidak dapat dibenarkan.
6.      Peraturan   Dijalankan  Secara  Konsisten; Peraturan  dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap  pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.
7.      Fleksibel; Tindakan disipliner  ditetapkan apabila  seluruh  informasi  tentang  pegawai telah di analisa  dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya,  prestasi pekerjaan yang lalu,  tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi.
8.      Mengandung  Nasihat; Jelaskan secara  bijaksana  bahwa pelanggaran yang dilakukan  tidak dapat diterima. File pegawai  yang berisi  catatan  khusus  dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka  dapat memahami  kesalahannya.
9.      Tindakan   Konstruktif; Pimpinan harus yakin  bahwa bawahan  telah  memahami perilakunya bertentangan  dengan tujuan organisasi dan  jelaskan kembali   pentingnya  peraturan  untuk staf maupun organisasi. Upayakan   agar  staf  dapat merubah perilakunya   sehingga  tindakan indisipliner  tidak terulang lagi
10.  Follow Up  (Evaluasi) ; Pimpinan  harus secara cermat  mengawasi dan  menetapkan  apakah  perilaku bawahan sudah  berubah. Apabila perilaku bawahan  tidak berubah, pimpinan harus  melihat kembali penyebabnya  dan mengevaluasi kembali  batasan  akhir tindakan indisipliner.

C.     Macam-Macam Displin Kerja dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Disiplin
Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu :
a.       Disiplin Preventif; Merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan memetuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan perusahaan. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organoisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
b.      Disiplin Korektif; Merupakan suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif , pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan diberikan sanksi adalah memperbaiki perilaku pegawai yang melanggar, memelihara peraturan yang berlaku, sdan memberikan pelajaran kepada yang melanggar.
Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisplinan adalah;
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain:
a.       Besar kecilnya pemberian kompensasi
b.      Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
c.       Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d.      Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
e.       Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f.         Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan
g.      Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

D.    Tujuan, Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja
1.      Tujuan Disiplin Kerja
Disiplin kerja pada pengawas sangat dibutuhkan karena apa yang menjadi tujuan perusahaan akan sukar dicapai apabila tidak ada disiplin kerja. Menurut Dr. Wirawan, tujuan disiplin kerja, yaitu:
a)      Memotivasi karyawan untuk memenuhi standar kinerja perusahaan pegawai mendapatkan pendisiplinan dan organisasi setelah gagal memenuhi kewajibannya
b)      Mempertahankan hubungan saling menghormati antara bawahan dengan atasannya atau sebaliknya. Pegawai sering melaksanakan tugasnya dengan buruk dan melanggar peraturan dengan sengaja, misalnya pegawai tidak mau mematuhi apa yang disarankan atasan, mengkritik dan mengeluh, sikap perilaku itu harus dikoreksi agar tidak terjadi konflik interpersonal
c)      Meningkatkan kinerja karyawan. Pendisiplinan wajib dilakukan bagi pegawai berkinerja rendah yang bukan disebabkan oleh faktor non muslim. Jika rendahnya kinerja disebabkan oleh faktor manusia pendisiplinan dilakukan secara berencana untuk memperbaiki perilaku kerja dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan akan meningkatkan hasil kerjanya.
d)      Meningkatkan moril, semangat kerja, etos kerja secara efektivitas dan efesiensi kerja. Program pendisiplinan yang dirancang khusus akan meningkatkan perilaku kinerja pegawai tersebut.
e)      Meningkatkan kedamaian industrial dan kekeluargaan organisasi. Pegawai hanya dapat bekerja dengan baik jika bekerja dalam iklim kerjasama, dan saling menghormati.[3]
2.      Manfaat Disiplin Kerja
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan instansi. Menurut Siagian yang dikutip oleh Dr. H. Edy Sutrisno,M.Si dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, manfaat disiplin kerja, yaitu:
a)      Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan
b)      Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan
c)      Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya
d)      Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan
e)      Meningkatkan efesiensi dan prduktivitas kerja para karyawan.[4]
3.      Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara ada tiga pendekatan disiplin kerja, yaitu
a)      Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukum. Pendekatan berasumsi:
b)      Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik
c)      Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlakuKeputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan prasangka harus diperbaruhi dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya.
d)      Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin
Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a)      Disiplin dilakukan oleh atas kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan
b)      Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya
c)      Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada pegawai lainnya
d)      Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras
e)      Pemberian hukuman terhadap pegawai yag melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang lebih berat
Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a)      Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b)      Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c)      Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yag lebih baik

E.     Cara Menegakkan Disiplin Kerja
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan
a.       Disiplin Harus Ditegakkan
Seketika Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
b.      Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar-benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang tidak.
c.       Disiplin Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
d.      Disiplin Harus Impersonal
Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan
hubungan antara karyawan dan atasan.
e.       Disiplin Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Disiplin berasal dari akar kata “disciple “ yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.Cara mengatasi stress; Istirahat dan Tidur, Olahraga atau Latihan teratur, Berhenti merokok, tidak mengomsumsi minuman keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan waktu, Terapi psikofarmaka, Terapi somatik, Psikoterapi, Terapi psikoreligius, Homeostatis.
2.      Pemimpin mempunyai perilaku positif, Penelitian yang cermat, Kesegaran; Lindungi  Kerahasiaan  (privacy), Peraturan   Dijalankan  Secara  Konsisten, Fleksibel, Mengandung  Nasihat, Tindakan   Konstruktif, Follow Up  (Evaluasi).
3.      Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu : Disiplin Preventif, Disiplin Korektif.
4.      Tujuan Disiplin; Memotivasi karyawan untuk memenuhi standar kinerja perusahaan pegawai mendapatkan pendisiplinan dan organisasi setelah gagal memenuhi kewajibannya. Manfaa; Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
5.      cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan; Disiplin Harus Ditegakkan, Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini, Disiplin Harus Konsisten , Disiplin Harus Impersonal, Disiplin Harus Setimpal.

B.     Saran
Masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk lebih memahami studi tentang Disiplin yang sampai sekarang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.



























DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.18;Jakarta:Bumi aksara.2014
Helmi, A. (1996). Buletin psikologi. Jurnal disiplin Kerja. 32. Diakses pada 09 Oktober 20:11.
http://karlinanukas93.blogspot.com/ diakses pada 09 Oktober 20:39.
Sutrisno, Edy.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.3;Jakarta:Kencana Prenada Media Group.2011



1. ondang P. Siagian, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta:Bumi Aksara,2008.,h.305
2. Malayu  S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Cet.9;Jakarta:Bumi Aksara,2007).,h.193
3 Wirawan,Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia:Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat,2009., h.138-139

4 dy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Cet.3;Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011).,h.86


Tidak ada komentar:

Posting Komentar