BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam suatu
organisasi,atau Perusahaan motivasi dan disiplin kerja, termasuk hal yang
paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan
alat untuk berkomunikasi untuk dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang
dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh sesama pegawai dalam suatu
organisasi atau dalam lingkup sebuah kantor. Ada kalanya
pegawai atau karyawan melakukan pelanggaran untuk itu diperlukan disiplin kerja
agar dapat memperbaiki perilaku-perilaku menyimpang dari pegawai atau karyawan
tersebut Setelah terwujudnya motivasi kerja maka akan timbul disiplin kerja
yang baik. Untuk mewujudkan keduanya, maka diperlukan adanya kerjasama antara
atasan dan para pegawai bawahannya, agar tercipta lingkungan kerja yang
kondusif untuk mendukung kinerja para pegawai secara maksimal di dalam
organisasi ataupun perusahaan tersebut.
Manajemen berasal dari kata to
image, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.
Hubungan-hubungan tersebut menimbulkan kerja sama kemudian melahirkan berbagai
bentuk organisasi. Organisasi merupakan
suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai individu yang memiliki berbagai
macam tingkah laku, harapan, motivasi dan pandangan yang berbeda dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Agar tujuan dapat tercapai maka
diperlukan alat yang dapat mengkoordinasi perilaku dan tindakan tersebut. Dan alat untuk mengatur dan mengelolah itu
adalah manajemen. Dalam suatu organisasi tidak bisa berjalan dengan baik jika
sumber daya manusia tidak ada. Dalam suatu organisaasi sumber daya manusia
sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang ditetapkan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia
merupakan ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efesisen membantu terwujudnya tujuan organisasi. Manajemen yang
mengatur unsur manusia sering disebut manajemen kepegawaian atau personalia
yang ditetapkan pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi akan lebih efektif dan efesien jika pegawai memiliki tingkah laku
disiplin yang baik, baik dari segi waktu, pekerjaan dan sebagainya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Disiplin?
2. Bagaimana
Prinsip-Prinsip Disiplin?
3. Apa
Macam-Macam Displin Kerja dan Faktor yang mempengaruhinya?
4. Apa
Tujuan, Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja?
5. Bagaimana
Cara
Menegakkan Disiplin Kerja?
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Disiplin
2. Untuk
Mengetahui Prinsip-Prinsip Disiplin
3. Untuk
Mengetahui Macam-Macam Displin Kerja dan Faktor yang mempengaruhinya
4. Untuk
Mengetahui Tujuan, Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja
5. Untuk
Mengetahui Cara
Menegakkan Disiplin Kerja
D. Batasan
Masalah
Agar
pembuatan makalah dapat dilakukan dengan fokus, sempurna, dan lebih jelas maka
penulis membahas tentang disiplin, oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya
berkaitan dengan manajemen Sumber Daya Manusia dalam Kedisiplinan. Pentingnya
mengelola Sumber Daya Manusia senantiasa berorientasi terhadap visi, misi,
tujuan dan sasaran oreganisasi dimana dia berada didalamnya.
Bab
II
Pembahasan
A. Pengertian
Disiplin
Disiplin berasal dari akar kata
“disciple “ yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan
membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu
proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya
menjalankan peraturan oraganisasi. Disiplin
yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Disiplin
menurut Prof. Dr. Sondang p. Siagian, MPA mengemukakan bahwa :“Disiplin adalah
suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,
sikap dan perilaku karyawan, sehingga para karyawan tersebut secara sukarela
berusaha bekerja secara kooperatif
dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi[1]. Sedangkan
disiplin menurut Malayu S.P Hasibuan menyatakan bahwa: “Disiplin adalah
kesadarandan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma soaial yang berlaku”[2].
Disiplin pegawai
dalam manajemen sumber daya manusia berangkat dari pandangan tidak ada manusia
yang sempurna, luout dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap
organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para
anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manjemen untuk
mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut
dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang
berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan
sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara
kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.
Selain itu ada beberapa bentuk-bentuk
disiplin;
1. Pendisiplinan
Preventif
Pendisiplinan yang bersifat
preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada
berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan
perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan
jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada
disiplin peribadi para anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi
tersebut semakin kokoh, paling sedikit, tigal hal perlu mendapat perhatian
manajemen. Pertama: Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa
memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu
yang merupakan miliknya. Berarti perlu ditanamkan perasaan kuat bahwa
keberadaan mereka adalah “anggota keluarga besar” organisasi yang bersangkutan.
Kedua: Para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang
wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogianya
disertai oleh informasi lengkap mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang
bersifat normatif tersebut. Ketiga: Para karyawan didorong menentukan sendiri
cara-cara pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku
umum bagi seluruh anggota organisasi.
2. Pendisiplinan
Korektif
Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan
pelanggaran atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar
yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau
ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah
terjadi. Pengenaan sanksi biasa mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki.
Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang
bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir
pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang
untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan
sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran
yang telah dilakukan. Di samping faktor objektivitas dan kesesuaian bobot
hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam
arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan masa lalu.
Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang
lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan
bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara
efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pertanyaan di atas kertas.
B. Prinsip-prinsip
Disiplin
1. Pemimpin mempunyai perilaku positif; Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin
harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu
seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positifg sesuai
dengan harapan staf.
2. Penelitian yang cermat; Dampak dari
tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data di
kumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan
secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah di lakukan, analisa, dan bila
perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.
3. Kesegaran; Pimpinan harus peka terhadap yang
di lakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus di atasi dengan cara yang bijaksana.
Karena, bila di biarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan di
tegakkan dapat di anggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan
kerja dalam organisasi tersebut.
4. Lindungi
Kerahasiaan (privacy); Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena
itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi,
pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang.
Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi
masa depannya.
5. Pimpinan
harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan
yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa
kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.
6. Peraturan
Dijalankan Secara Konsisten; Peraturan dijalankan secara konsisten,
tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga
mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara
wajar.
7. Fleksibel; Tindakan disipliner ditetapkan
apabila seluruh informasi tentang pegawai telah di
analisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain
adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu, tingkat
kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi.
8. Mengandung Nasihat; Jelaskan secara bijaksana bahwa
pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima. File pegawai yang
berisi catatan khusus dapat digunakan sebagai acuan, sehingga
mereka dapat memahami kesalahannya.
9. Tindakan
Konstruktif; Pimpinan harus
yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya
bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan
kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun
organisasi. Upayakan agar staf dapat merubah
perilakunya sehingga tindakan indisipliner tidak
terulang lagi
10. Follow Up (Evaluasi)
; Pimpinan harus
secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku
bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah,
pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali
batasan akhir tindakan indisipliner.
C.
Macam-Macam Displin Kerja
dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Disiplin
Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu :
a. Disiplin Preventif; Merupakan suatu
upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan memetuhi pedoman kerja,
aturan-aturan yang telah digariskan perusahaan. Disiplin preventif merupakan
suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem
yang ada dalam organisasi. Jika sistem organoisasi baik, maka diharapkan akan
lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
b. Disiplin Korektif; Merupakan suatu
upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan
untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada
perusahaan. Pada disiplin korektif , pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan diberikan sanksi
adalah memperbaiki perilaku pegawai yang melanggar, memelihara peraturan yang
berlaku, sdan memberikan pelajaran kepada yang melanggar.
Sedangkan Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kedisplinan adalah;
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan.
Menurut Gouzali Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan
dalam perusahaan
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat
dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil
tindakan
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f.
Ada tidaknya perhatian
kepada pada karyawan
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang
mendukung tegaknya disiplin
D. Tujuan,
Manfaat dan Pendekatan Disiplin Kerja
1. Tujuan Disiplin Kerja
Disiplin kerja pada pengawas sangat
dibutuhkan karena apa yang menjadi tujuan perusahaan akan sukar dicapai apabila
tidak ada disiplin kerja. Menurut Dr. Wirawan, tujuan disiplin kerja, yaitu:
a) Memotivasi karyawan untuk memenuhi
standar kinerja perusahaan pegawai mendapatkan pendisiplinan dan organisasi
setelah gagal memenuhi kewajibannya
b) Mempertahankan hubungan saling
menghormati antara bawahan dengan atasannya atau sebaliknya. Pegawai sering
melaksanakan tugasnya dengan buruk dan melanggar peraturan dengan sengaja,
misalnya pegawai tidak mau mematuhi apa yang disarankan atasan, mengkritik dan
mengeluh, sikap perilaku itu harus dikoreksi agar tidak terjadi konflik
interpersonal
c) Meningkatkan kinerja karyawan.
Pendisiplinan wajib dilakukan bagi pegawai berkinerja rendah yang bukan
disebabkan oleh faktor non muslim. Jika rendahnya kinerja disebabkan oleh
faktor manusia pendisiplinan dilakukan secara berencana untuk memperbaiki
perilaku kerja dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan akan
meningkatkan hasil kerjanya.
d) Meningkatkan moril, semangat kerja,
etos kerja secara efektivitas dan efesiensi kerja. Program pendisiplinan yang
dirancang khusus akan meningkatkan perilaku kinerja pegawai tersebut.
e) Meningkatkan kedamaian industrial
dan kekeluargaan organisasi. Pegawai hanya dapat bekerja dengan baik jika
bekerja dalam iklim kerjasama, dan saling menghormati.[3]
2. Manfaat Disiplin Kerja
Disiplin menunjukkan suatu kondisi
atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan
instansi. Menurut Siagian yang dikutip oleh Dr. H. Edy Sutrisno,M.Si dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, manfaat disiplin kerja, yaitu:
a) Tingginya rasa kepedulian karyawan
terhadap pencapaian tujuan perusahaan
b) Tingginya semangat dan gairah kerja
dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan
c) Besarnya rasa tanggung jawab para
karyawan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya
d) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa
solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan
3. Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara ada tiga
pendekatan disiplin kerja, yaitu
a) Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan
disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di
luar hukum. Pendekatan berasumsi:
b) Disiplin modern merupakan suatu cara
menghindarkan bentuk hukuman secara fisik
c) Melindungi tuduhan yang benar untuk
diteruskan pada proses hukum yang berlakuKeputusan-keputusan yang semaunya terhadap
kesalahan prasangka harus diperbaruhi dengan mengadakan proses penyuluhan
dengan mendapatkan fakta-faktanya.
d) Melakukan protes terhadap keputusan
yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin
Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi
yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini
berasumsi:
a) Disiplin dilakukan oleh atas kepada
bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan
b) Disiplin adalah hukuman untuk
pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya
c) Pengaruh hukuman untuk memberikan
pelajaran kepada pelanggar maupun kepada pegawai lainnya
d) Peningkatan perbuatan pelanggaran
diperlukan hukuman yang lebih keras
e) Pemberian hukuman terhadap pegawai
yag melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang lebih berat
Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan
berasumsi bahwa:
a) Disiplin kerja harus dapat diterima
dan dipahami oleh semua pegawai
b) Disiplin bukanlah suatu hukuman,
tetapi merupakan pembentukan perilaku
c) Disiplin ditujukan untuk perubahan
perilaku yag lebih baik
E.
Cara Menegakkan Disiplin Kerja
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan
adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan
melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos
kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak
kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu
harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak
terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan
a. Disiplin
Harus Ditegakkan
Seketika Hukuman harus dijatuhkan sesegera
mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika
terlambat akan kurang efektif.
b. Disiplin
Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan
bahwa semua karyawan hams benar-benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana
yang dibenarkan dan mana yang tidak.
c. Disiplin
Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan
yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai
terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya
keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu
sendiri.
d. Disiplin
Harus Impersonal
Seorang atasan sebaiknya jangan
menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam
ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya
reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya
diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan
hubungan antara karyawan dan atasan.
hubungan antara karyawan dan atasan.
e. Disiplin
Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa
hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak
terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika hukuman terlalu ringan,
hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan jika terlalu berat
mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Disiplin berasal dari akar kata “disciple “ yang berarti belajar. Disiplin
merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu
menjadi lebih baik.Cara mengatasi stress; Istirahat dan
Tidur, Olahraga atau Latihan teratur, Berhenti merokok, tidak mengomsumsi
minuman keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan waktu, Terapi psikofarmaka,
Terapi somatik, Psikoterapi, Terapi psikoreligius, Homeostatis.
2. Pemimpin mempunyai perilaku positif, Penelitian yang cermat, Kesegaran; Lindungi
Kerahasiaan (privacy), Peraturan
Dijalankan Secara Konsisten, Fleksibel, Mengandung Nasihat, Tindakan Konstruktif, Follow Up (Evaluasi).
3. Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu :
Disiplin Preventif, Disiplin Korektif.
4. Tujuan
Disiplin; Memotivasi
karyawan untuk memenuhi standar kinerja perusahaan pegawai mendapatkan
pendisiplinan dan organisasi setelah gagal memenuhi kewajibannya. Manfaa;
Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
5. cara menegakkan disiplin kerja dalam
suatu perusahaan; Disiplin Harus
Ditegakkan, Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini, Disiplin Harus Konsisten , Disiplin Harus
Impersonal, Disiplin Harus Setimpal.
B. Saran
Masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk lebih
memahami studi tentang Disiplin yang sampai sekarang dapat digunakan dan
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan,
Malayu S.P.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.18;Jakarta:Bumi
aksara.2014
Helmi,
A. (1996). Buletin psikologi. Jurnal
disiplin Kerja. 32. Diakses pada 09 Oktober 20:11.
http://agoesbonter.blogspot.com/2012/11/tugas-makalah-manajemen-sumber-daya.html
diakses pada 09 Oktober 20:39.
http://karlinanukas93.blogspot.com/
diakses pada 09 Oktober 20:39.
Sutrisno,
Edy.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.3;Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar